Sajian Kosmik nan Modern Lea Porcelain via Album 'CHOIRS TO HEAVEN'

Jumat, 04 Juni 2021 | 16:00
Kane Holz

Lea Porcelain

HAI-ONLINE.COM - Pernah mengenal istilah krautrock? kalo udah pernah nemu istilah ini sebelumnya pasti pikiran kita nggak bisa melewatkan satu nama negara yaitu Jerman.

Krautrock sendiri adalah arus musik yang berkembang pesat di Jerman Barat pada era 1960 hingga 1970-an dan memiliki peran penting dalam perkembangan dan evolusi musik rock hingga kini.

Para musisi di era ini sangat mengedepankan elemen-elemen suara yang dapat dihasilkan melalui benda apapun, terutama alat musik elektronik.

Pelabelan kosmische musik ataupun musik kosmik juga disematkan pada band yang muncul di era ini karena unsur eksperimental dan susunan musik yang sangat tidak umum kerap dijumpai dalam karya yang dihasilkan.

Kini, Jerman pun industri musik di sana tentu banyak mengalami perubahan dan peleburan dengan kondisi saat ini.

Meski begitu, identitas musik krautrock yang kaya dengan sajian elektronika tetap sukar untuk ditinggalkan meski sudah bercampur aduk dengan berbagai macam elemen di dalamnya.

Baca Juga: Corey Taylor: Rock & Roll Hall Of Fame Cuma Tumpukan Sampah

Lea Porcelain, adalah duo pecinta elektronik berbasis di Berlin yang masih memiliki identitas tersebut.

Namun tak bisa dipungkiri, tatanan suara yang mereka hasilkan sangatlah ramah di telinga dan tak lagi "susah" untuk dicerna layaknya beberapa pendahulu mereka puluhan tahun lalu.

Saya selaku perwakilan dari HAI berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan Markus Nikolaus dan Julien Braucht untuk membahas lebih lanjut tentang keseharian dan proses mereka berkarya, termasuk persiapan rilisnya album terbaru mereka 'CHOIRS TO HEAVEN' yang segera hadir.

Lea Porcelain terbentuk secara organik ketika mereka bertemu di suatu klub bernama Robert Johnson di ibu kota techno dunia, Berlin.

Butuh beberapa waktu sebelum mereka akhirnya membentuk grup musik bersama atas ketertarikan musik yang seragam.

Dalam beberapa waktu mendatang, Lea Porcelain akan segera merilis album kedua mereka berjudul 'Choirs To Heaven' setelah serangkaian single dan EP - termasuk album 'Hymns To The Night' (2017) dan EP 'Ohio' yang rilis pada Maret lalu.

Ya, duo ini sangatlah produktif dalam memproduksi karya mereka. Simak deh single mereka 'Just A Dream' di bawah.

Tahun 2019 menjadi tahun di mana mereka mulai mengerjakan ‘CHOIRS TO HEAVEN’ di beberapa tempat yaitu Berlin dan Los Angeles, demi menciptakan sebuah album comeback yang lebih dewasa namun tetap berpegang teguh kepada identitas mereka.

Namun album yang dijadwalkan hadir pada 2020 ini harus tertunda karena pandemi dan mereka pun memilih untuk menyamankan diri mereka di Tarifa, Spanyol sembari memantapkan segala proses untuk anak kedua mereka.

Baca Juga: Vokalis The Cure Robert Smith Rencanakan Rilis Album Noise

"Album kedua ini sangatlah penting bagi kami, kami mengumpulkan 11 track utama yang berisikan memori yang kami jalankan selama dua tahun terakhir."

"Petunjuk utama untuk musikalitas di album ini seperti leburan dari musik yang telah kami kerjakan sebelumnya, nggak jauh dari kesan album pertama. Namun kami menambahkan berbagai elemen menarik seperti banyak gitar akustik di dalamnya, serta lagu yang uplifting namun tetap memancarkan sebuah ketegangan dan kesedihan," ujar Julien Bracht sang arsitek di band ini.

"Perbedaan mendasar yang ingin kami hadirkan di album ini dengan karya kami sebelumnya adalah kami lebih menekankan pada penulisan lagu, lebih mendalami apa yang mau kami sajikan. Itu sebabnya hampir semua proses produksi di album ini kami kerjakan di Tarifa (ujung selatan Andalusia, Spanyol) untuk mendalami semua proses tersebut," sang vokalis Markus Nikolaus melengkapi.

"Ini semua proses yang panjang tapi sangat berharga bagi kami. Terlebih kami bisa lebih nyaman untuk berlama-lama di sini [Tarifa] untuk menikmati summer bersama," kelakar mereka seraya tertawa.

Saat ditanyai tentang bagaimana musik krautrock ala Jerman mempengaruhi mereka saat berkarya, duo ini tidak mengelak. Mereka mengaku banyak mendengarkan Can dan unit-unit krautrock historikal lainnya.

Namun, sejak krautrock juga menginspirasi banyak artis legendaris lain seperti Primal Scream ataupun Radiohead - yang juga menjadi inspirasi besar bagi Lea Porcelain - mereka mengindikasikan bahwa musik yang mereka ramu adalah bentuk modern dari identitas kosmik ala Berlin yang mereka sajikan melalui Lea Porcelain.

"Kami rasa Lea Porcelain berusaha untuk menyuguhkan musik yang lebih memiliki rasa "internasional" mengingat genre dan gelombang musik bukanlah lagi suatu batasan dalam bermusik. Namun ya, kami sangatlah terpengaruh dari band-band krautrock dan elektronik legendaris dari Jerman. Dan kami bangga dengan hal itu."

Benar saja, coba dengarkan beberapa track di awal karir mereka. Bayangkan ketika Primal Scream, NEU!, Apparat, dan juga MGMT berkahwin dan melahirkan anak Lea Porcelain.

Untuk lebih lengkapnya tentang album 'Choirs To Heaven' yang bakalan segera hadir, persiapkan indera pendengar kalian dan buka tautan ini untuk pre-save dan pre-order agar bisa mendapatkan album ini secara eksklusif.

Tag

Editor : Alvin Bahar