Penjelasan Psikolog Kenapa Orang Cenderung Lebih Galak saat Ditegur

Senin, 31 Mei 2021 | 21:05
Pixahive

Ada alasan kenapa orang cenderung lebih galak saat ditegur secara psikologis.

HAI-Online.com– Kalian pernah ngalamin kejadian ketemu orang yang berbuat salah, tapi pas diingetin justru jadi galak dan marah-marah?

Hal kayak gini biasanya bisa ditemui pada beberapa kasus seperti saat menagih utang hingga mengantre di tempat umum.

Namun sebenarnya kenapa orang cenderung lebih galak dan agresif saat mereka ditegur atau diingatkan, sih? Ternyata ada ada alasan di balik kebiasaan tersebut lho, jika ditilik dari aspek psikologisnya.

Baca Juga: Bukan Marah ke Kurir, Begini Cara Komplain Barang COD yang Tidak Sesuai Pesanan

Psikolog Rose Mini Agoes Salim ngasih pandangannya terhadap fenomena yang kerap terjadi di masyarakat tersebut.

Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat orang yang melakukan kesalahan justru marah saat ada pihak lain yang menegur kesalahannya.

1. Nggak nyaman

Alasan pertama adalah rasa nggak nyaman, diingatkan di depan banyak orang.

"Pertama, orang kalau ditegur di depan orang lain, rasanya pasti lebih tidak nyaman, malu ya," kata Rose saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/5/2021).

Baca Juga: Ghosting, Perilaku Ngeselin yang Ternyata Nggak Cuma Berlaku di Ranah Percintaan

2. Cara yang keliru

Alasan yang kedua adalah perasaan nggak terima, terlebih jika teguran disampaikan dengan cara yang kurang tepat.

"Kalau kita ditegur orang yang tidak kita kenal, ego kita jadi lebih tinggi keluarnya. Terus merasa 'siapa elu kok ngingetin gue?" bisa seperti itu. Akibatnya, dia merasa terusik,' tutur dosen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.

Cara menegur yang baik

Terus gimana dong cara menegur yang baik saat kita melihat ada orang lain yang melakukan sesuatu yang nggak seharusnya?

Peran dari semua pihak diperlukan untuk menghindari situasi semacam itu, termasuk pihak yang akan memberikan teguran.

Rose mengatakan, apabila teguran dilakukan dengan cara yang baik, pemilihan nada bicara juga diksi kalimat yang baik, maka respons negatif berupa emosi nggak terkendali semacam itu dapat dihindarkan.

"Hal ini sebetulnya bisa dilakukan kalau kita.. tapi kadang-kadang orang yang menegur kan 'Gimana sih lo, antri dong!" itu yang membuat orang naik darah," ia mencontohkan.

"Tapi kalau 'Mohon maaf ya Pak, ini saya sudah duluan. Kalau nggak salah, antri itu harus dari belakang sana Pak, tidak bisa langsung potong dari sini. Terima kasih', kalau informasinya seperti itu, dengan nada datar, mungkin penyampaian kita juga bisa membantu untuk tidak membuat orang itu marah," lanjut dia.

Pakar psikologi di bidang moral juga pendidikan ini juga mengingatkan, ketika kita hendak menegur orang lain yang melakukan kesalahan, nggak perlu kita sampaikan dengan cara berteriak-teriak.

Hal yang perlu diingat, melakukan teguran di muka umum saja sudah membuat seseorang merasa nggak nyaman, bagaimana pula jika teguran itu dilakukan dengan nada tinggi di hadapan banyak orang.

"Nggak perlu teriak-teriak di depan orang segitu banyaknya, jadi masih menghargai dia sebagai manusia," ujar Rose.

Baca Juga: Waspada Bahaya Gaslighting, Bisa Turunin Kepercayaan Diri Lho!

Bagaimana kalau menagih utang?

Hal yang sama juga berlaku pada konteks penagih utang dan orang yang ditagih. Rose nggak membenarkan orang yang menunggak membayar utang, atau berkelit dan banyak alasan ketika dimintai membayar kewajibannya.

Namun, kembali lagi, bagaimana dengan cara yang ditempuh pihak penagih utang untuk mendapatkan haknya?

"Kalau orang yang utang yang ditagih, mungkin cara menagihnya yang membuat orang itu nggak nyaman. Dibentak dan sebagainya. Memang yang salah yang tidak membayar utang, tapi kalau dibentak ya mungkin jadi jatuhnya tidak nyaman.

Akhirnya bukannya dia membayar, tetapi malah dia lebih marah lagi," jelas dia.

Terakhir, dia menyebut adanya dorongan seseorang untuk mempertahankan harga dirinya di depan orang lain.

Ada kalanya, seseorang merasa terinjak dan perlu memberikan respons tertentu agar harga dirinya tetap terjaga.

Dalam kondisi tersebut, terkadang orang kehilangan daya kendali atas apa yang ia ucapkan.

"Jadi pride orang, harga diri orang itu kadang-kadang membuat orang mengeluarkan kata-kata yang nanti setelah itu mungkin dia bisa merasa 'aduh nyesel juga ngomong gitu'. Tapi pada saat itu, rasa harga diri kalau terusik jadi kayak gitu, apalagi kalau masalahnya di depan umum," pungkas Rose. (*)

Baca Juga: Isu Kesehatan Mental, Benarkah Gen Z Mulai Tinggalkan Smartphone?

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya