HAI-Online.com - Bila mendengarkan musik ataupun lagu mengakibatkan bulu halus di badan lo meremang, maka bisa jadi lo punya struktur otak yang spesial. Seenggaknya seperti itulah temuan dari peneliti di University of Southern California, Amerika Serikat.
Baca Juga: Duh Kok Gue Pelupa Sih? Ternyata Lupa Ada Manfaatnya Bagi Otak Kita Lho!
Melansir dari Far Out, ada nama ilmiah untuk reaksi emosional terhadap suara, yaitu 'frisson', di mana seseorang mengalami perasaan atau sensasi senang atau takut yang tiba-tiba dan kuat.
Para ilmuwan di University of Southern California di Amerika Serikatmengambil sampel ke 20 siswa, di mana 10 di antaranya mengaku mengalami sensai merindingketika dengerin musik, sedangkan 10 yang lain nggak.
Di antara hasilnya, salah satu penggagaspenelitian ini, Matthew Sachs,berkesimpulan bahwa orang-orang dengan reaksi yang dijelaskan terhadap musik memiliki "kognisi tingkat tinggi".
"Lebih banyak serat dan peningkatan efisiensi antara dua wilayah berarti Anda memiliki pemrosesan yang lebih efisien di antara keduanya," jelas Sachs.
Setiap orang yang terlibat dalam penelitian ini memilih sendiri lagu mereka. Kemudian para peneliti membandingkan hasil pemindaian untuk menemukan bahwa mereka yang bereaksi dengan cara yang tinggi memiliki "struktur neurologis yang berbeda."
Baca Juga: Frontman Architects Sumbang Vokal di Theme Song Final Fantasy XIV
Ketika volume diubah lebih keras, banyak yang mengalami sensasi 'merinding' dikatakan memiliki serabut saraf yang menghubungkan ke korteks pendengaran mereka ke bagian otak yang memproses emosi.
Sachs juga berpendapat bahwa orang yang mengalami 'getaran' memiliki emosi yang lebih kuat dan lebih intens.
"Gagasannya adalah bahwa lebih banyak serat dan peningkatan efisiensi antara dua wilayah berarti Anda memiliki pemrosesan yang lebih efisien di antara keduanya," tulisnya di Oxford Academic.
Untuk lebih meningkatkan studi Sachs, Dr Alissa Der Sarkissian mengklaim bahwa ketika lagu 'Nude' dari Radiohead dimainkan, tubuhnya berubah.
"Saya merasa bahwa pernapasan saya mengikuti lagu tersebut, jantung saya berdetak lebih lambat dan saya merasa lebih sadar akan lagu tersebut - baik emosi lagu tersebut maupun respons tubuh saya terhadapnya," kata Der Sarkissian, seorang asisten peneliti di Institut Otak dan Kreativitas USC, yang berbasis di Sekolah Tinggi Sastra, Seni, dan Sains USC Dornsife. (*)