Muncul Danau Baru setelah Badai di NTT, Ini Penjelasan Ahli Geologi

Kamis, 29 April 2021 | 17:45
BENNY JAHANG/ANTARA

Danau baru yang muncul di kelurahan Sikumana, Kota Kupang, Provinsi NTT setelah terjadi bencana alam badai siklon tropis seroja pada pertengahan April lalu.

HAI-Online.com – Badai seroja di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi beberapa saat lalu memunculkan sebuah fenomena alam, yakni terbentuknya danau baru.

Danau tersebut muncul di kawasan yang dulunya terbentang kebun sayur warga hingga bekas arena motocross, yang berlokasi di Kelurahan Sikumana, Kota Kupang.

Fenomena alam ini sendiri disebut baru kali pertama terjadi di wilayah tersebut dalam kurun waktu puluhan tahun hingga membuat warga yang penasaran mendatangi lokasi untuk berfoto.

Munculnya danau baru usai diterjang badai siklon tropis merupakan fenomena alam yang cukup jarang dapat disaksikan, utamanya di Indonesia.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Kenapa Awak Kapal Selam Nggak Keluar dari Kapal Selam yang Tenggelam

BMKG mengatakan, siklon tropis Seroja merupakan perkembangan dari bibit siklon 99S yang dideteksi muncul pada 2 April 2021. Bibit siklon tersebut tumbuh dan menjadi siklon tropis seroja pada 5 April 2021 pukul 01.00 WIB.

Di sisi lain, fenomena ini cukup menarik jika dilihat dalam konteks keilmuan Hidrogeologi, yang merupakan cabang ilmu terapan geologi di mana fokus studinya menitikberatkan pada pergerakan air tanah dan interaksi air tanah tersebut dengan batuan yang dilaluinya.

Peneliti dan Ahli Geologi FMIPA UI Mochammad Prahastomi menjelaskan, secara ilmiah kemunculan danau di Kupang, NTTnggak terlepas dari adanya sistem hidrogeologi yang kompleks di daerah batugamping.

Menurut Tomi, daerah Kupang dan sekitarnya secara regional tersusun atas batuan-batuan berumur Plistosen dan batuan berumur Neogen.

“Batuan berumur Plistosen mendominasi daerah Kupang dan tersusun atas batugamping koral. Batugamping koral inilah yang biasanya membentuk bentang alam karst di daerah NTT," jelas Tomi, melansir laman ui.ac.id pada Kamis (29/4/2021).

Dalam fenomena terbentuknya danau baru tersebut, ia menyebut badai siklon seroja kemungkinan memiliki peranan penting dalam membentuk danau itu. Dalam ilmu geologi, danau ini sering disebut dengan danau karst.

Badai siklon yang terjadi belakangan ini memang disertai dengan meningkatnya intensitas air hujan yang akan meresap ke dalam tanah.

Baca Juga: 4 Seniman Ini Paparkan Data Soal Perubahan Iklim lewat Cara yang Asyik

“Volume air hujan yang tinggi ini meningkatkan proses erosi dan pelarutan batuan kapur. Air tanah ini dapat muncul ke permukaan sebagai mata air," kata dia.

Ada sungai di bawah permukaan tanah

Nah, salah satu alasan mengapa mata air ini baru muncul sekarang dimungkinkan berkaitan dengan adanya pembentukan jalur-jalur baru sungai bawah tanah yang akhirnya terhubung ke permukaan tanah, dipicu oleh badai besar dan curah hujan tinggi di daerah tersebut.

"Hal ini diperkuat dengan pengamatan debit air yang cukup tinggi di mana dapat mengindikasikan adanya aliran sungai bawah permukaan yang muncul ke permukaan tersebut sebagai mata air,” ungkap Tomi.

Danau yang terbentuk biasanya bersifat sementara. Hal ini dikontrol oleh aliran airtanah yang muncul ke permukaan tersebut, sehingga jika suplai air bawah permukaan tersebut surut, maka air di danau tersebut juga surut.

Daerah karst sendiri sebelumnya telah banyak ditemukan di Indonesia, contohnya saja di Padalarang dan Sawarna, Jawa Barat.

Menurutnya, Daerah karst ini sangat unik, salah satunya ciri-cirinya adalah terbentuknya goa-goa dan juga sungai di bawah permukaan tanah.

Goa-goa ini merupakan hasil pelarutan air meteorik yang masuk melalui rekahan-rekahan di batu kapur.

Air meteorik ini bisa melarutkan batu kapur disebabkan rendahnya kadar saturasi kapur (CaCO3) dalam air meteorik tersebut. Rekahan pada batu kapur tersebut dapat membesar seiring dengan berjalannya waktu.

"Proses pelarutan yang berlangsung lama tersebutlah yang membentuk goa dan sungai-sungai bawah tanah di lingkungan karst,” ujar Tomi.

Baca Juga: Serangan Asteroid 2021 PDC, Benarkah Indonesia Bakal Diserbu Pengungsi dari Eropa?

Menurutnya, munculnya fenomena ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk dilakukan penelitian secara komprehensif terkait kemunculan mata air-mata air tersebut sehingga dapat dipetakan dengan baik potensi airtanah di daerah ini. (*)

Tag

Editor : Al Sobry