Bantu Kerja, Permudah Anak Magang Kembangkan Soft Skills dan Bertemu Perusahaan

Kamis, 15 April 2021 | 18:10

Bantu Kerja, Permudah Anak Magang Kembangkan Soft Skills dan Bertemu Perusahaan

HAI-Online.com - Nggak cuma mempertemukan calon pemagang dengan pemberi magang, Bantu Kerja menjadi virtual hub yang bisa secara langsung memberikan pembekalan bagi calon pemagang.

Tak hanya itu, fitur di dalamnya juga terselip konten-konten multimedia berisi tips dan trik sukses magang langsung dari para pemberi magang sekaligus kisi-kisi untuk proyek magang, yang tawarannya bisa langsung di-bid oleh pemagang.

Baca Juga: Sinar Mas Buka Program Beasiswa Kuliah, Bisa untuk Magang dan Kerja

Bukan tanpa sebab, Enrico Pitono dan Tari Sandjojo menggagas Bantu Kerja, virtual hub berbasis web yang dikembangkan oleh PT Matata Edu Inovasi ini

Keduanya menggadirkan pmatform ini dari akumulasi keresahan mereka terhadap dunia magang.

"Selama enam belas tahun bekerja di bidang perbankan di Indonesia, ada satu hal yang selalu mengganggu pikiran saya terkait dengan kualitas pekerja magang yang datang dan pergi di tempat saya bekerja. Mereka rata-rata tidak diperlengkapi dengan kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan mereka sehari-hari,” bilang Enrico, founder Matatacorp, holding company PT Matata Edu Inovasi.

Yang dia maksud Enrico bukanlah kemampuan teknis atau teoritis. Tetapi justru merujuk pada soft skills yang lebih mendasar lagi: berinteraksi, berkomunikasi, sekaligus kemampuan menempatkan diri di tengah dunia kerja yang notabene berbeda dengan dunia sekolah atau kuliah.

"Hal-hal seperti itu, yang tak pernah menjadi masalah alias sudah purna di negara seperti Inggris, atau sebagian besar negara Eropa dan Asia lain," katanya lagi.

Baca Juga: Ayam Koplo by Hangry Rilis Makanan Sultan, Boleh Nih Cobain untuk Buka Puasa

Sejalan dengan Tari Sandjojo, psikolog dan pendidik yang saat ini memimpin tim Matata Edu Inovasi.

Ia yang sudah sekian puluh tahun berkecimpung di dunia pendidikan dengan spesialisasi sebagai learning designer, menyebut bahwa gap itu masih ada sebagai akibat dari ketidakluwesan kurikulum dalam merespon kebutuhan dari industri penyerap tenaga kerja.

“Yang saya alami dan pahami sebagai pendidik selama ini adalah siswa-siswa itu akan lebih senang dan terpacu untuk belajar jika diterjunkan langsung ke dalam situasi sebenarnya. Setelah itu barulah para pendidik bisa berperan membuat kurikulum demi mengisi kekurangan-kekurangan sesuai dengan permasalahan yang sedang dialami anak-anak didiknya itu,” terang Tari.

Dari pemikiran itulah, platform yang kemudian dinamakan Bantu Kerja dirancang, tepatnya mulai 2016.

“Idenya adalah menjembatani kebutuhan industri dengan ekspektasi dari pemagang. Karena di situlah banyak terjadi gap,” tambah Tari.

Jembatan yang dimaksud Tari di sini tak hanya mempertemukan dan membiarkan kedua belah pihak itu berinteraksi sendiri. Lebih dari itu platform Bantu Kerja juga berlaku sebagai fasilitator komunikasi antar kedua pihak mengenai berbagai proyek magang yang ditawarkan di dalamnya.

Di platform ini, tiap mitra industri yang membutuhkan tenaga magang, bisa memposting proyek-proyek magang yang mereka punya untuk kemudian di-bid oleh calon pemagang.

Sebagai empunya proyek, pemberi magang bisa memberi pembekalan berupa kisi-kisi serta tips dan trik tentang proyek tersebut.

Baca Juga: Akibat Kebakaran di Hongkong, Garuda Indonesia Larang Pengiriman Kargo Semua Tipe Hape Ini

Sejak proses bidding dan selama proyek berjalan, pemberi proyek bisa mulai menilai dan memilah pemagang mana saja yang sesuai dengan kriteria mereka. Jika kemudian hasil akhirnya sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, besar kemungkinan si pemagang akan terpilih untuk dipakai lagi sekiranya ada proyek baru lainnya.

Dilakukan sepenuhnya secara online, hal itu merupakan solusi bagikegelisahan industri dalam soal magang ini.

“Salah satu kebingungan yang selama ini saya lihat beredar di sisi industri mengenai permasalahan pegawai magang adalah perihal kapasitas ruang dan logistik lain yang bisa mereka sediakan. Di satu sisi mereka butuh pemagang, tapi di sisi lain mereka tak sanggup jika harus mengakomodir sekian banyak orang di satu waktu tertentu secara fisik,” cerita Rico.

Bagi para calon pemagang, selain kesempatan magang di berbagai jenis dan varian proyek, platform Bantu Kerja menawarkan pembekalan berbentuk modul-modul yang isinya bersifat komplementer terhadap apa yang sudah didapatkan di bangku sekolah.

“Kami membuat modul-modul tersebut berdasarkan tabulasi problem yang kerap ditemui dalam interaksi antara pemberi dan penerima magang. Lalu kami sesuaikan dengan kurikulum bersama guru-guru dari beberapa sekolah,” jelas Tari.

Setelah memenangkan bid, dalam menjalankan tugas-tugas magangnya, seperti sudah dijelaskan di atas, para pemagang akan melalu serangkaian tahap. Di tiap tahapnya mereka akan mendapatkan badge. Hanya mereka yang mengantungi badge lengkap yang berhak dinilai hasil akhirnya oleh pemberi magang. Seperti dalam game saja: kalau belum lengkap, belum bisa mencapai tahap final.

Baca Juga: Baru Magang 3 Hari di NASA, Siswa SMA Ini Temukan Sebuah Planet Baru

Untuk itu, lewat platform ini juga peserta akan diberikan sentuhan gamifikasi bagi tiap proyek magang yang tengah berjalan demi memicu rasa penasaran bagi calon pemagang untuk selalu menuntaskan tiap tugas dengan sebaik-baiknya.

Lebih dari itu, virtual hub ini dihaapkan bakal benar-benar menjadi solusi dari masalah yang selama ini terjadi terkait calon pemagang dan pemberi magang. (*)

Editor : Al Sobry