Album Debut White Shoes & The Couples Company Dirilis 15 Tahun Lalu, Berikut 7 Fakta Unik Band Tersebut

Jumat, 05 Juni 2020 | 12:00
Keke Tumbuan / whiteshoesandthecouplescompany.org/web/

White Shoes & The Couples Company di Lokananta Solo Indonesia 2012.

HAI-ONLINE.COM - Album perdana White Shoes & The Couples Company (WSATCC) udah berusia 15 tahun.Debut yang berjudul self titled tersebut dilepas pada 2005, dan ngehasilin hits seperti Windu & Defrina dan Senandung Maaf.Bisa dibilang, album ini udah rare sob.Kalo lo nemu CD atau kasetnya, pasti harganya udah nggak masuk akal.Soalnya, album yang dirilis sama Aksara Records (RIP) ini memang belum pernah di-reissue.Sekedar dengerin via digital streaming provider pun juga nggak bisa karena belum di-upload.Daripada kebingungan mau nyimak album ini di mana, baca dulu sejumlah fakta seputar WSATCC yang HAI rangkum dari arsip kami yuk!

Baca Juga: Remaja Kulit Hitam Ini Beberkan Aturan Tak Tertulis dari Sang Ibu, Biar Hidup Tenang di AS

1. Diawali Cinta Sejarah White Shoes & The Couples Company berawal di akhir tahun 2002. Tepatnya saat Aprilia Apsari (Sari) dan Yusmario Farabi (Rio), dua mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berpacaran. Sama kayak mahasiswa IKJ lainnya, dua orang ini sering nongkrong di kampus. Bahkan sampe nginep-nginep gara-gara harus ngerjain tugas yang seabrek. Biasanya, di waktu luang, dia orang ini iseng bikin lagu. Sampai akhirnya tercipta dua buah lagu: Windu & Defrina dan Runaway Song. Berbekal lagu itu, dua sejoli ini memberanikan diri tampil di sebuah acara kampus. Mereka ngajakin seorang teman bernama Saleh (Ale). Bertiga mereka maju dengan format satu vokal/biola dan dua gitar. Proyek ini ternyata nggak berhenti sampai di sana. Rio malah ingin memperluas proyeknya menjadi sebuah kelompok akustik. Digamitlah Ricky Surya Virgana (Ricky), pemain cello yang sekaligus jadi pemain bas dan Aprimela Prawidiyanti (Mela) violist yang gape bermain piano dan keyboard.Sempet jalan berlima dan bikin lagu lumayan banyak, tiba-tiba muncul ide untuk menggunakan pemain drum. Setelah berdiskusi panjang sambil lirik sana-sini, akhirnya John Navid, temen satu kampus merekalah yang diminta bergabung. Jadilah White Shoes & The Couples Company sebuah band dengan format sextet.

2. Sibuk Sebelum bergabung dengan White Shoes, John, Mela dan Ricky adalah orang yang sibuk. Mereka cukup sering diajakin manggung sama berbagai paduan suara dan orkestra. Hal ini jugalah yang membuat pembentukan White Shoes lumayan lama.

"Gue sempet kesulitan menghubungi Ricky dan Mela buat ngajak gabung. Begitu juga saat gue menghubungi John. Makanya, proses pembentukan White Shoes lumayan lama jadinya," bilang Rio.

3. Zaman radio

Ezar P Darnadi /whiteshoesandthecouplescompany.org/web/

White Shoes & The Couples Company di Berlin 2013

Kalo menyimak musik White Shoes, pasti kita bakal kebingungan menemukan er aapa yang sebenernya dikulik sama band ini. Man, nggak usah pusing! Soalnya, band ini memang nggak memfokuskan diri pada era tertentu. Mereka sengaja melebarkan influence-nya mulai dari musik '40-70-an.

"Yang kami incar sebenernya musik-musik era radio days. Saat TV masih merupakan barang mahal dan radio adalah satu-satunya sarana hiburan. Jadi, yang terpenting adalah bagaimana kami membawakan musiknya. Bukan, mencari tau dari era apa kami membawakannya," terang Ricky.

4.Kapan Ulang Tahun White Shoes? Pertanyaan ini ternyata menyusahkan bagi enam personel band ini. Soalnya, mereka nggak pernah menetapkan tanggal pasti kapan band ini dilahirkan. Setelah berdiskusi lumayan lama, akhirnya mereka menetapkan tanggal 23 November sebagai hari ulang tahun mereka. Karena, di tanggal segitu di tahun 2003, band ini dapet kesempatan main di West Pacific. Saat itulah band ini pertama kali manggung di depan khalayak umum. Bukan di kampus.

5. Kapan Outfit White Shoes yang sekarang ditemukan?

Indra Ameng / whiteshoesandthecouplescompany.org/web/

White Shoes & The Couples Company di Sidney Australia 2015

"Pada saat kami manggung di West Pacific itu. Dulunya sih, kami biasa aja kalo manggung. Pake kaos dan jeans, jadi deh! Tapi, pas manggung di depan umum, baru deh kami kepikiran imej. Sebenernya sih nggak di-sef buat jadi retro. Cumadisesuaikan sama musiknya aja. Ya jadi deh begini," terang Rio, sambil senyum.

6.Kapan pertama kali memakai nama White Shoes & The Couples Company?

Percaya nggak percaya, nama ini ditemuin sama Rio dan Sari jauh sebelum bandnya terbentuk. Menurut mereka, hal ini disebabkan oleh kebiasaan anak-anak IKJ yang didorong oleh tradisi membuat band bagi anak baru. Tradisi ini akhirnya menimbulkan banyak band fiktif yang udah dikenal namanya lewat stiker dan sablonan kaos. Padahal, musiknya belum ketahuan. "White Shoes dulunya adalah band fiktif juga. Sampai akhirnya kami beneran kebentuk kayak sekarang,"jelas Sari. Nama itu sendirimuncul gara-gara di IKJ ada tren sepatu Converse putih di pertengahan 2002. Tren ini disebabkan ada diskon besar-besaran penjualan Converse putih di Lotus (salah satu pusat pertokoan di Jl. Thamrin). Jadilah banyak anak IKJ yang bersepatu putih. "Gue lantas berpikir buat menamakan band gue White Shoes. Karena semua orang pake sepatu putih waktu itu. Tapi, karena kurang seru, akhirnya ditambah nama The Couples Company. Idenya datang dari bandnya Janis Joplin, Big Brother & the Holding Company. Kebetulan gue suka band itu,"ungkap Rio.

7.Windu & Defrina Bukan Fiksi

Julia Sarisetiati / whiteshoesandthecouplescompany.org/web/

White Shoes & The Couples Company di Florida Hotel Bangkok Thailand 2006

Salah kalo lo menganggap Windu & Defrina adalah tokoh fiksi. Menurut Sari dan Rio, pencipta lagu ini, dua orang itu memang ada. Kebetulan, keduanya teman mereka yang saat lagu ini tercipta, lagi pacaran. "Aslinya sih, lagu ini cuma buat olok-olok aja. Tapi, karena asik eh malah dibawain terus," kata Sari, buka rahasia.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya