Ketawang Puspawarna, Lagu Indonesia Pertama Yang Mengudara di Luar Angkasa

Kamis, 09 Januari 2020 | 16:15
Alvin Bahar

Space

Mau tau lagu Indonesia pertama yang mengudara di luar Angkasa? Judulnya Ketawang Puspawarna! Lagu ini adalah gendhing Jawa yang cukup legendaris.

Nggak banyak yang tahu tentang gendhing Jawa, bahkan orang Jawa itu sendiri. Tapi banyak orang dari negeri seberang jauh-jauh datang ke Indonesia hanya untuk mempelajari budaya Jawa.

Banyak sinden terkenal yang ikut dalam pagelaran wayang yang asalnya dari negara lain, seperti Australia, Hongaria, Jepang, bahkan Amerika.

Nggak hanya dunia, gendhing Jawa pun menarik perhatian luar angkasa.

Baca Juga: Bener Nggak Sih Beras Bisa Keringin Smartphone yang Kecebur ke Air? Ini Jawabannya Dari Ahli

Gending Jawa berjudul Ketawang Puspawarna mengalun nun jauh di angkasa raya dari dalam kabin wahana ruang angkasa Voyager yang diluncurkan tahun 1977.

Komposisi gending Ketawang Puspawarna mengumandang bersama 26 komposisi musik dunia terpilih dari berbagai negara.

Pencipta gending berirama rancak itu adalah seniman Jawa keturunan ningrat, Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aria (KGPAA) Mangkunegoro IV. Ia adalah raja ke-4 dinasti Mangkunegaran, bertahta tahun 1853-1881.

Ketawang Puspawarna yang direkam pada piringan tembaga berlapis emas itu merupakan satu-satunya komposisi musik khas Indonesia yang diterbangkan wahana Voyager ke luar angkasa.

Orang yang berjasa memilih komposisi gending Ketawang Puspawarna untuk misi Voyager ini adalah pakar musik dunia asal AS, Prof. Robert E. Brown, kini bermukim di Gianyar, Bali.

Versi dari komposisi ini yang mendapat kehormatan tersebut dibawakan oleh gamelan Keraton Pakualaman, yang diaransir ulang oleh pemimpinnya, yaitu Kanjeng Pangeran Haryo Notoprodjo, yang lebih dikenal dengan nama Tjokrowasito, atau Wasitodipuro, yang dikenal sebagai salah satu Empu Karawitan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Rekaman ini juga tersedia di album Java: Court Gamelan (versi pertama dirilis tahun 1971). Menurut catatan Brown di versi terbaru album tersebut, "Puspawarna" adalah salah satu musik kesukaan Carl Sagan di piringan emas Voyager.

Nggak cuma kalau Brown memilih komposisi gending Ketawang Puspawarna dan memboyongnya ke luar angkasa. Sepertinya memang sudah takdir.

Baca Juga: Hal-hal Mengerikan Ini Bakal Terjadi apabila Bentuk Bumi Datar

Yap, guru besar Wesleyan University (AS) ini mungkin nggak menaruh perhatian pada makna kata "tawang" tersebut.

Tawang yang berasal dari bahasa Jawa, sama dengan kata "angkasa" dalam bahasa Indonesia ("ke tawang" sama artinya dengan "ke angkasa").

Pertimbangan pakar musik dunia itu memilih Ketawang Puspawarna berdasar pada keindahan dan komposisi gending yang tak terlampau panjang.

Gending Ketawang Puspawarna terdiri dari tujuh "cakepan" (bait) "gerongan" (lirik lagu). Cuma perlu waktu lima menit untuk melantunkan setiap cakepan gerongan.

Komposisi yang relatif pendek dibanding komposisi gending Jawa lain yang bisa sampai 20 menitan.

Berbeda dengan gending ladrang, komposisi gending ketawang pada umumnya tersusun dalam delapan baris 2 X 4, dengan enam baris terakhir adalah "ngelik".

Baca Juga: Gerhana Bulan Penumbra Bakal Lewati Indonesia 11 Januari, Catat Nih Jam Berlangsungnya

Lagu ketawang Puspawarna biasanya dibunyikan untuk tanda masuknya pangeran. Juga dapat digunakan sebagai bagian dalam mengiringi tarian tertentu, misalnya.

Liriknya mengacu pada berbagai jenis bunga, yang melambangkan beragai macam suasana / rasa / nuansa. Lirik dan melodinya dipersembahkan oleh Pangeran Mangkunegara IV Surakarta (1853-1881), untuk mengenang istri dan selirnya.

Dengerin lagunya di bawah ini:

Tag

Editor : Alvin Bahar