John Leiman, Pelajar SMA yang Bikin Mesin Pirolisis untuk Gerakan Zero Waste

Selasa, 15 Oktober 2019 | 16:41
Sobry/HAI

John Leiman, Pelajar SMA yang Bikin Mesin Pirolisis untuk Gerakan Zero Waste

HAI-Online.com – Nggak banyak remaja yang peduli sama sampah plastik. Kalo pun ada yang ngaku peduli isu lingkungan, sedikit sekali dari mereka yang sampai turun tangan ke masyarakat, terutama untuk membantu pengolahannya.

Nah, remaja 16 tahun, John Leiman bisa dibilang jadi salah satu remaja yang sedikit itu. Belum lama ini, warga SMU Jakarta Intercultural School di Jakarta Selatan itu membuat satu mesin pengolah sampah plastik.

Mesin itu berskala kecil, namun sanggup mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang bisa dimanfaatkan kembali untuk kendaraan motor atau mesin generator.

Baca Juga: Viral Video Siswa SMA Kejang-kejang Saat Main Game Online, Orang Tua Beri Klarifikasi

Mengacu pada proses pengolahan senyawa kimia yang disebut pirolisis, mesin buatan John Leiman itu kemudian dinamakannya Pirolisator.

“Saya tertarik mengelola sampah dengan proses pirolisis itu, karena awalnya saya merasa beruntung dibesarkan di lingkungan keluarga modern. Saya udah mendapat edukasi tentang fisika, biologi dan kimia. Saya mau berkontribusi dan mengaplikasikan pengetahuan saya itu,” katanya saat HAi temui di acara Forum Indonesia Bersish di Conclave, Jakarta (12/10/2019) pekan lalu.

Berbekal keinginan membantu masalah sampah itu, Leiman awalnya hanya punya sedikit pengetahuan soal pirolisis, tapi kemauannya lebih besar. Untuk itu, ia mencari cara untuk bisa mengembangkan mesin yang dibuatnya.

“Awalnya belum 100 persen paham tapi saya ingin berkontribusi. Saya melihat ada fasilitas Industri Pengolahan Sampah Manajemen Sampah Zero (IPS Masaro) di Kota Cilegon, Banten, untuk itu saya melihat ada potensi untuk mengembangkan dan menerapkan mesin saya itu di sana,” kata cowok berkacamata dengan Bahasa Indonesia yang logatnya agak bule itu.

Buat yang belum tahu, sistem pengolahan sampah dengan metode IPS Masaro ini menganut sistem Pilah-Angkut-Proses. Cara ini menggantikan metode pengelolaan sampah konvensional yaitu Kumpul, Angkut dan Buang.

Baca Juga: Dikenal Peduli Lingkungan, Ganjar Pranowo Undang Awkarin ke Kongres Sampah Jateng secara Khusus

John Leiman menguji mesin pirolisisnya

Untuk itu, mesin pirolisis dalam pengolahan sampah di IPS Masaro dinilai efektif dalam memproses sampah organik menjadi pupuk cair dan media tanam sedangkan sampah non organik seperti plastik diproses menjadi bahan daur ulang dan menjadi BBM sehingga sampah yang diolah itu bisa menjadi produk bernilai ekonomi tinggi dan tanpa sisa atau zero waste.

“Mesin ini awlanya saya yang beli, cukup mahal juga, harga tahap pengembangan sistemnya sudah mencapai Rp 78 juta rupiah per unit. Tapi sebenarnya itu relatif murah karena ini baru untuk pilot scale,” jelas Leiman lagi sebelum akhirnya mesin ini diperkenalkan ke tim IPS Masaro untuk digunakan ke masyarakat.

“Dulu mereka belom terlalu percaya dengan saya. Karena mereka anggap saya anak SMA, punya mesin dari mana? Masih dianggap sebelah mata,” curhatnya.

Baca Juga: Pelajar di Yogyakarta Tewas Setelah Ejek-ejekan Terus Berkelahi dengan Temannya di Sekolah

Meski dalam waktu 6 minggu, John Leiman melakukan percobaan dnegan mesin pirolisisnya, yaitu memanaskan plastik sampai mendapatkan cairan berupa minyak.

“Dalam enam minggu saya tes setiap hari, setiap tesnya sekitar 10 jam. Saya masuk lab untuk mengolah 20 kg sampah plastik,” tuturnya lagi.

Meski diakui cukup pusing untuk membuat tim IPS Masaro yakin dengan mesin buatannya itu, John Leiman tetap melalui tahapan teknis untuk bisa membuat mesin pengolah sampah buatannya bekerja dengan baik.

Kesulitan yang dihadapi Leiman bukan soal presentasi atau fund raising untuk mendapatkan mesinnya, melainkan test alatnya.

“Karena dulu saya nggak tahu SOP-nya. Pengen tahu, paling cepet mengolah plastiknya itu berapa lama sih, harus mengatur temperatur dan tekanan yang tepat itu kita harus eksperimen, sampai kita nemu formula optimal,” jelasnya selama ini hanya berbasis pengetahuan di buku.

“Ya, karena cuma bisa base of paper, kita perlu tahu untuk dapet BBM yang nggak beku biar langsung bisa dipakai ke motor itu harus diatur semuanya,” serunya lagi menjelaskan setiap tahapan usahanya.

Sampai akhirnya, mesin pirolisis skala kecil John Leiman diterima untuk digunakan dalam program IPS Masaro yang dikelola PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP). Mesin buatan anak SMA itu menjadi salah satu mesin yang dipakai untuk mengelola sampah swadaya dari 1.000 kepala keluarga di kawasan Serdang, Cilegon Banten.

“Saya cuma sebulan di IPS Masaro. Mesin saya goal-nya bukan untuk memecahkan masalahnya karena ini skala kecil, tapi bisa untuk pilot. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyaralat dan promote bahwa ada solusi untuk masalah sampah ini,” ujarnya.

John Leiman

Produk yang dihasilkan dari mengolah sampah plastik jadi BBM

“Target saya sekarang, adalah menlanjutkan rise awareness dan sustainability soal kampanye pengolahan sampah ini, supaya metode pirolisisnya bisa diconduct lebih banyak orang lagi yang mau sama-sama mengolah sampah plastik kita sampai zero waste,” tambahnya.

Belajar dari John Leiman, anak SMA seperti kiya ternyata bisa lho berkontribusi untuk masyarakat.

“Kunci sebetulnya cuma perlu dua hal, effort dan knowledge,” ungkapnya. (*)

Tag

Editor : Al Sobry