Bikin Sweater Uniqlo, Dua Pekerja Pabrik Indonesia Ini Belom Digaji dan Gelar Demo Sampai ke Denmark

Sabtu, 06 April 2019 | 10:36
Instagram/cleanclothescampaign

Warni dan Yayat berdemo di depan pembukaan toko Uniqlo pertama di Denmark

HAI-online.com -Warni dan Yayat, dua pekerja pabrikgarmenIndonesia, yang membuat pakaianUniqloselama bertahun-tahun,berada di Kopenhagen sebagai bagian dari kampanye global PayUpUniqlo selama tanggal 2 hingga 7 April 2019.

Warni dan Yayat yang telah membuat pakaian Uniqlo selama puluhan tahun menuntut Uniqlo membayarkan gaji setelah pabrik tempat keduanya bekerja, PT Jaba Garmindo ditutup mendadak pada 2015.

Kunjungan Warni dan Yayat bertepatan dengan pembukaan tokoUniqlo pertama di Denmark pada 5 April, di mana CEO Tadashi Yanai diharapkan hadir.

Bukti yang diperoleh dari pabrik menegaskan bahwa Uniqlo adalah pembeli utama pabrik Jaba Garmindo di Indonesia, yangtutup nggak lama setelah Uniqlo mulai menarik pesanan tanpa peringatan atau penjelasan kepada para pekerja.

Baca Juga : Viral Video Pengemis Bermobil di Aceh, Marah Saat Aksinya Terbongkar

Hanya beberapa bulan setelah pesanan Uniqlo berakhir, PT Jaba Garmindo pun bangkrut. Para pekerja di PT Jaba Garmindo, yang 80 persen di antaranya adalah perempuan, kehilangan pekerjaan tetap.

Pendiri dan CEO perusahaan induk Uniqlo, Tadashi Yanai, diperkirakan memiliki kekayaan bersih AS$19,3 miliar, menjadikannya orang terkaya kedua di Jepang.

Uniqlo sekarang menghasilkan miliaran dolar yang menjadikeuntungan bagi para pemegang sahamnya, tetapi masih terus menolak untuk membayarutang mereka kepada mantan pekerja Jaba Garmindo.

Baca Juga : Viral Video Batman yang Ingin Bantu Polisi Tangani Kejahatan, tapi Ditolak

Didukung oleh koalisi global kelompok-kelompok buruh, para mantan pekerja Jaba Garmindo telah berkampanye menentang pencurian upah Uniqlo, sejak penutupan pabrik mereka.

2000 pekerja yang menjahit berbagai pakaian Uniqlo termasuk sweater dan rompi masih menuntut 5,5 juta euro (Rp87 miliar) yang merupakan hak pesangon mereka.

Brand-brand tersebut nggakmembayar cukup untuk produk-produk mereka untuk memastikan para pekerja menerima upah hidup dan pesangon yang diamanatkan.

Brand-brand tersebut juga seringkali secara tak terduga dan dengan sedikit pemberitahuan menutup pabrik mereka.

Sebuah hal yang mengaburkan penyalahgunaan tenaga kerja yang terjadi dalam rantai pasokan mereka.

Baca Juga : Salut! Cewek Ini Borong Sepatu Satu Toko untuk Disumbangkan ke Korban Banjir

Kampanye PayUp Uniqlo mendesak lembaga dan organisasi untuk menolak segala bentuk kolaborasi atau sponsorship dengan Uniqlo sampai merek tersebut berkomitmen untuk mengakhiri praktik pencurian upahnya, dimulai dengan memenuhi utang kepada mantan pekerja Jaba Garmindo.

Awal bulan ini, sebuah LSM Spanyol menolak sponsor Uniqlo dengan alasan bahwa itu akan melanggar kebijakan etika organisasi karena pencurian upah terhadap mantan pekerja Jaba Garmindo.

Global PayUp Uniqlo Campaign telah menyelenggarakan berbagai aksi di seluruh dunia termasukfashion mobs, aksi toko, dan demo jalanan di London, Jerman, Amsterdam, Stockholm, Spanyol, Hong Kong, Indonesia, Jepang.

Editor : Al Sobry

Sumber : Tribunnews.com, Intisari

Baca Lainnya