HAI-Online.com – Tangan di atas selalu lebih baik dari pada tangan di bawah. Peribahasa terkenal itu mendorong kita untuk lebih sering memberi daripada menerima. Makanya, pada saat bencana alam tsunami kejadian di akhir tahun lalu, warga Indonesia berbondong-bondong menyalurkan bantuan untuk memenuhi segala kebutuhan para korban, mereka berlomba-lomba ingin menjadi yang lebih baik.
Nah, apa yang selama ini kita pahami tentang memberi adalah melulu tentang barang-barang atau hal-hal yang bersifat kebendaan. Padahal apa-apa yang dibutuhkan para korban, terutama paska kejadian tsunami adalah bukan hanya soal pakaian, makanan dan uang saja.
Baca Juga : Bukti Kalau Donasi Seragam Sekolah Sangat Dibutuhkan Pelajar Terdampak Tsunami Selat Sunda
Mungkin kita harus lebih kreatif lagi dalam memberikan bantuan yang betul-betul berfaedah jika diterima oleh yang membutuhkannya.
Nah, bantuan dalam bentuk sumbangan bisa berupa hal lain, skill misalnya.
Jika kamu punya satu kemampuan khusus, kamu nggak perlu repot-repot memberikan sekarung beras atau tumpukan baju bekas. Cukup bawa skill kamu ke posko bantuan, kamu bisa membuka lapak untuk memberikan bantuan langsung ke para korban.
Seperti yang HAI pernah saksikan langsung ketika menengok teman-teman pelajar di Selat Sunda, Banten tepatnya di wilayah terdampak tsunami seperti Carita, Tanjung Lesung dan Sumur, Pandeglang.
Beberapa posko bantuan justeru dipadati motor dan alat-alat elektronik yang rusak akibat terendam air laut atau handphone yang terinjak-injak warga saat menyelamatkan diri dari ombak tsunami.
Nah, posko bantuan itu ternyata khusus melayani service motor dan handphone.
Penulis cukup terharu melihat pemandangan baru seperti itu. Pasalnya, para korban yang kebetulan berhasil menyelamatkan ponselnya meski itu berarti ketika proses lari/berenang menyelamatkan diri alat komunikasi mereka jadi rusak. Nah, posko service handphone gratis itu menjawabnya.
Para relawan yang punya skill membetulkan handphone bisa membantu para korban untuk mengaktifkan kembali alat komunikasi mereka sehingga bisa kembai menyambung silaturahmi mungkin dengan keluarga yang sempat terpisah saat kejadian.