Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Anak SMA Berprestasi Ini Jadi Bukti Generasi Kita Nggak Cuek Sama Lingkungan

Hai Online - Selasa, 13 November 2018 | 20:30
Prestasi membanggakan diraih William siswa SMA Laurensia, Tangerang - Banten, berhasil meraih 3 kategori penghargaan sekaligus ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI 2018.
(Dok. Pribadi/William)

Prestasi membanggakan diraih William siswa SMA Laurensia, Tangerang - Banten, berhasil meraih 3 kategori penghargaan sekaligus ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI 2018.

HAI-ONLINE.COM - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) telah memberikan penghargaan remaja berprestasi dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), National Young Inventor Awards (NYIA), dan Youth Science and Innovation Fair (YSIF) 2018 (4/11/2018). Prestasi membanggakan diraih William siswa SMA Laurensia, Tangerang - Banten, berhasil meraih 3 kategori penghargaan sekaligus.

WIlliam berhasil meraih penghargaan: Juara Pertama Lomba Karya Ilmiah Remaja bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Gold medal IYSIF for Engineering Sciences Special Award on Computational Research Semua penghargaan tersebut diperoleh William atas hasil penelitiannya bidang penerbangan "Studi Analisis Eksperimental dan Komputasional Modifikasi Angle Of Wingtip Ujung Airfoil Bac 449/450/451 terhadap Wingtip Vortex yang Dihasilkan." Selain minat di bidang kedirgantaraan, saat dihubungi Kompas.com William (6/11/2018) menyampaikan pemilihan subyek penelitiannya didasarkan pada kebutuhan akan riset ini di masa mendatang.Nggak membatasi diri dan berkomitmen

Baca Juga : Selain Marvel, Stan Lee Ternyata Pernah Bikin Komik Justice League"Saya merasa bahwa masa depan itu akan berkaitan dengan penerbangan/dirgantara. Dengan begitu, dibutuhkan sesuatu yang dapat mengurangi pemakaian bahan bakar agar emisi yang dihasilkan nggak merusak bumi," jelasnya.William memulai proyek penelitian ini sejak awal masuk di kelas X SMA Laurensia didampingi Gregorius Bryan, guru Fisika yang jadi pendamping penelitian. Menurut Bryan, budaya penelitian telah terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah. "Pendampingan untuk penelitian memang sudah jadi program belajar atau mata pelajaran (mapel) di sekolah dengan nama mapel Proyek Penelitian," kata Bryan. Bryan menambahkan, kepada William dan siswa lain ia selalu mengimbau agar para siswa memiliki pola pikir luas dan nggak membatasi diri. "Kalo ingin belajar, jangan melihat cakupan penelitian apakah itu penelitian untuk SMA, S1, S2, dan seterusnya. Selain itu, siswa juga selalu saya ajak untuk berkomitmen serius dalam menekuni penelitiannya," jelas Bryan.

Melawan stigma 'generasi instan dan cuek'

Kemenangan William dan siswa lain dalam ajang ini seolah hendak memupus stigma generasi milenial yang kerap dipandang sebagai generasi instan dan cuek pada lingkungan. "Teman-teman selalu mencoba yang baru pak, mereka nggak pernah menyerah untuk mencari solusi dari permasalahan di sekitar kita," kata William optimis saat ditanya perihal pandangan miring yang kerap disematkan untuk generasinya. Ia menambahkan, melalui budaya penelitian yang terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah, generasi milenial dapat jadi lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Ia malah melihat 'budaya instan' generasi milenial jadi sebuah kekuatan yang memiliki arti positif. "Karena yang instan itu didukung oleh teknologi pak, jadi kita cenderung memilih yang instan. Karena kita merasa bahwa 'kalo bisa cepat kenapa harus lama'?" jelas siswa yang juga menyukai fotografi ini. Sebagai bagian generasi milenial, ia melihat nilai instan secara positif itu justru lebih banyak membantu ketika melakukan penelitian. Ia mencontohkan penggunaan 3D Printing, Kecerdasan Buatan (AI) atau Internet Things sebagai 'budaya instan' yang justru menunjang masa depan.Membangun karakter lewat budaya riset Sebagai pendidik Bryan melihat budaya penelitian yang sudah ditanamkan sejak usia muda akan memberikan dampak baik dan positif. "Karena menurut riset, pendidikan dengan cara penelitian akan menghubungkan multi displin bidang yang siswa butuhkan dalam menunjang penelitiannya. Selain itu proses berpikir kritis atau critical thinking akan semakin berkembang, karena anak akan belajar dari masalah dan solusi yang ditemukan di lapangan," jelas Bryan. Nggak hanya kemampuan akademik, budaya penelitian juga dapat menumbuhkan karakter positif siswa. "Di sisi lain, kepribadian siswa juga akan terbentuk dengan sendirinya karena harus disiplin dalam bimbingan, mengumpulkan laporan sesuai deadline, menumbuhkan sikap jujur dalam mengambil data, berpikiran secara terbuka, kerja keras, tangguh, mengasah kemampuan berkomunikasi, serta berkolaborasi," tutupnya.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Budaya Penelitian Siswa, Melawan Stigma "Generasi Cuek dan Instan"

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x