HAI-online.com - Sampai sekarang, bagi sebagian pelajar, sekolah itu banyak mendatangkan beban dan tekanan. Di India, pada 27 Mei lalu, sehari setelah Central Board of Secondary Education (CBSE) mengumumkan hasil ujian, sejumlah siswa di Bihar, Rajasthan, Bengal Barat dan Uttarakhand, dilaporkan bunuh diri. Dugaannya, mereka bunuh dir karena ngerasa gagal ujian.
Tiga hari setelahnya, ada tiga pelajar lagi yang bunuh diri karena alasan serupa.
Angka bunuh diri karena ngerasa gagal ujian di India bisa dibilang parah. Menurut laporan First Post, pada periode 2014-2016 ada 26.000 pelajar yang bunuh diri. 30%-nya bunuh diri karena gagal ujian.
Kasus ini nggak cuma terjadi di India. Pelajar di berbagai belahan dunia pun kerap ngerasa tertekan karena sekolah: ujian, peer pressure, depresi, dan karena faktor psikologi serta ekonomi.
Baca Juga : Salut. Siswa Sekolah Di Kamboja Ini Bayar SPP-nya Pake Sampah, Bukan Uang
Kenapa sih sekolah nggak bisa jadi lembaga yang bener-bener bawa kebahagiaan?
Sebagai solusi masalah tersebut, India akhirnya menerapkan 'Kurikulum Kebahagiaan" di sekolah-sekolah negeri Delhi sejak 2 Juli lalu. Kurikulum ini diterapkan untuk siswa tingkat dasar hingga tingkat VIII. Misi utama kurikulum ini adalah untuk menyebar pesan bahwa pendidikan nggak cuma untuk mendorong murid dapet nilai bagus, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang bikin mereka bahagia, percaya diri dan mawas-diri.
Kurikulum ini dibentuk oleh tim khusus bernama Happiness Committe yang anggotanya ada 41 orang. Mereka tetap mengacu pada Kerangka Kurikulum Nasional (NCERT). Materi dari kurikulum ini adalah meditasi, olahraga yang asik, permainan indoor, storytelling, diskusi kelompok, drama komedi, presentasi, aktivitas untuk mengakrabkan murid, dan kerja kelompok.
Pemerintah juga menetapkan periode bersenang-senang selama 45 menit tiap harinya untuk siswa sekolah dasar, dan 2 kali seminggu untuk murid TK. Harapannya, guru dan murid bisa bahagia bersekolah.
Pada 2017, dalam hasil riset index kebahagiaan World Happiness Report, India berada di urutan 122 dari 155 negara yang diteliti. Kurikulum kebahagiaan adalah salah satu program untuk meningkatkan kebahagiaan masyarakat di negaranya.
Gimana menurutmu? perlu diadopsi di Indonesia juga kah?
(tulisan menyadur dari artikel di First Post karya Protiva Kundu dengan judul 'Happiness Curriculum' introduced in Delhi govt schools: In world obsessed with marks, studies can still be source of joy" )