Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Apa Sih yang Sebenarnya Terjadi Ketika Manusia Mengalami Mati Suri?

- Minggu, 26 Agustus 2018 | 17:15
Ilustrasi mati suri

Ilustrasi mati suri

HAI-ONLINE.COM - Nggak semua orang dapat mengalami mati suri. Berdiri di ambang kehidupan dan kematian merupakan suatu pengalaman yang nggak ada duanya bagi seseorang.

Seringkali, mati suri berkiatan dengan perasaan damai, cahaya terang, dan jiwa yang terputus dari raga.Sebuah studi baru mengenai kronologi mati suri mengungkapkan bahwa nggak semua orang mengalami urutan langkah yang sama, yang dapat membantu menyingkirkan hubungan kompleks antara neurologi dan budaya di ambang hidupnya.Studi yang dilakukan oleh peneliti Belgia ini didasarkan pada 154 tanggapan survei responden dan narasi yang dikumpulkan melalui International Association for Near-Death Studies and the Coma Science Group.Responden dipilih menggunakan skala Greyson NDE, sebuah metrik yang dikembangkan oleh Bruce Greyson—psikolog AS. Skala ini dirancang untuk memberikan struktur dan konsistensi dalam mengevaluasi pengalaman yang diingat oleh pasien saat mengalami perhentian jantung.Istilah Near Death Experience (NDE) atau mati suri muncul pada tahun 1975 ketika psikolog bernama Raymond Moody menggunakannya untuk menggambarkan apa yang disebut dengan "menengok dunia lain".

Baca Juga:Dari Tawuran Sampai Bullying, Ini Jawaban Senior Tentang Hal-hal Yang Ditakuti Junior di SMA

Kini, cerita mati suri hampir bersifat klise. Cahaya terang, terowongan, dan emosi positif sudah jadi hal yang biasa didengar mengenai pengalaman mati suri.

Tahapan ini pun dianggap sebagai gambaran singkat dari kehidupan setelah kematian.

Mempelajari fenomena ini begitu menarik sekaligus rumit. Hal itu disebabkan karena sulitnya memisahkan bias budaya dari proses neurologis dan tantangan etika dalam mencatat data fisiologis pada saat kritis.Yang lebih buruk lagi, bidang penelitian ini nyaris berkaitan dengan penelitian "abal-abal" yang sering muncul. Sehingga, sulit untuk mengetahui di mana kinerja otak akan berakhir dan pseudosains — tipuan yang dianggap ilmiah — dimulai.

Dari keseluruhan studi mengenai mati suri, sekitar 4-15% penduduk dunia telah mengalami pengalaman tersebut.

Bahkan, beberapa dari mereka melaporkan bahwa "pengalaman di akhirat" itu Nggak harus melalui mati suri. Menurut mereka, hal ini lebih berkaitan dengan respons neurologis terhadap stres daripada kematian itu sendiri.

Sesungguhnya, ini bukanlah penelitian pertama mengenai mati suri. Sebelumnya, sebuah studi oleh ahli saraf, Sam Parnia, menemukan tujuh kategori ingatan selama NDE.

Sedangkan dalam studi yang baru, peneliti mengungkap pengamatan spesifik yang diingat oleh para responden dan mencatat kronologi mati suri tersebut. Penelitian ini pun dipublikasikan di Frontiers in Human Neuroscience.“Tujuan penelitian kami adalah untuk menyelidiki distribusi frekuensi dari keistimewaan ini, baik secara global maupun narasi, serta urutan temporalitas yang paling sering dilaporkan dari keistimewaan pengalaman yang berbeda,” kata Charlotte Martial, peneliti dari University of Liège.Dari seluruh responden, 80% merasakan kedamaian, 69% melihat cahaya yang terang, dan 64% menemui ‘sosok’ lain. Hanya 5% yang merasakan ‘berpikir cepat’ dan 4% menggambarkan apa yang disebut sebagai penglihatan prekognitif — penglihatan masa depan.Dari segi kronologi, 22% responden mengaku telah mengalami pemisahan roh dari tubuh, diikuti dengan menyusuri terowongan, melihat cahaya terang, dan merasakan kedamaian. Sepertiga dari mereka mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.“Ini menunjukkan bahwa mati suri tampaknya diawali oleh pemisahan roh dari tubuh, dan berakhir ketika roh kembali ke dalam tubuh,” ucap Martial.Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian semacam ini. Responden dipilih berdasarkan kemauan mereka sendiri. Responden yang kurang nyaman menceritakan pengalamannya nggak dilibatkan dalam survei ini.Selain itu, semua responden menggunakan Bahasa Prancis. Itu berarti, sulit mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang budaya terhadap pengalaman mereka.Kalo penelitian seperti ini direplikasi secara luas di populasi lain, hal itu dapat membantu menyoroti aspek fenomena mati suri yang biasa terjadi di sekitar kita.“Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi perbedaan dan tingkat pengalaman responden yang berkaitan dengan harapan dan latar belakang budaya mereka. Mekanisme neurofisiologis yang mendasari pengalaman mati suri juga perlu untuk diselidiki,” jelas Martial.

Artikel ini pertama kali tayang di National Geographic Indonesia dengan judul "Apa yang Sebenarnya Terjadi Ketika Orang Mengalami Mati Suri?"

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x