HAI-ONLINE.COM - Bahasa “terbalik” udah jadi santapan kita sehari-hari. Mulai “kuy”, “eug”, hingga “sabi” pastinya pernah kita ucapkan atau dengar.
Apalagi buat kalian yang asli Malang. Pasti akrab banget sama bahasa “walikan” atau “osob kiwalan” . Dikutip dari "Proses Pembentukan Slang Malang" oleh Icuk Prayogi, slang Malang adalah salah satu dari keragaman bahasa sebagai kebanggaan Malangnese. Sejak zaman agresi militer Belanda pasca-kemerdekaan Indonesia sampai sekarang, keragaman ini masih ada meskipun telah banyak berubah.
Fenomena seperti ini ternyata ada istilahnya. Namanya, metatesis. Dalam linguistik, metatesis adalah fenomena pembalikan fonem dan perubahan letak bunyi.
Cek: Mau Cepat Bisa Belajar Bahasa Asing? Ini 5 Situs Belajar yang Paling Asik
Metatesis berasal dari kata meta,yang berarti ’perubahan’ dan tithema, yang berarti ‘tempat’. Metatesis dapat terjadi secara sinkronik (terjadi pada masa tertentu) dan dapat terjadi secara diakronik (melalui proses sejarah)
Metatesis nggak cuma terjadi di slang. Ada juga beberapa bahasa baku yang pernah ngalamin perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar tempatnya.
Contoh:
Metatesis Sinkronis: /usap/-/apus/-/sapu/ /lontar/-/rontal/ /resap/-/serap/ /kelikir/-/kerikil/ /lajur/-/jalur/
Metatesis Diakronik /almari/-/lemari /arba/-/rebo/-/rabu/ /arbab/-/rebab/
Karena sifatnya yang nondistingtif, perubahan bunyi karena metatesis ini dapat dipandang sebagai variasi bebas. Yap, bahasa bersifat dinamis karena dapat berubah sewaktu-waktu dan perubahannya dapat terjadi tanpa diduga.