Sebagai mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di Taiwan, Ayub Angga Direja nggak mau cuma menuntut ilmu saja di negara yang punya julukan negeri yang sunyi tersebut. Sebelum kembali ke Tanah Air, ia bertekad untuk membuat sebuah karya berkesan yang berhubungan dengan Taiwan.
Karena memang suka membuat film, cowok pengagum Riri Reza ini menjadikan film pendek sebagai media untuk memenuhi hasratnya. Ayub nggak sendirian. Bersama dua orang temannya sesama mahasiswa Taiwan, Mufid Salim dan Fahnurrieski, mereka membentuk NYALE Project. NYALE merupakan nama sejenis cacing yang hidup di Pulau Lombok-Indonesia, daerah asal Mufid Hafid. Dengan membuat film, Ayub dkk ingin menginspirasi banyak orang di negerinya untuk meraih mimpi mereka. Sebelumnya, NYALE ini pernah membuat video company profile untuk beberapa lembaga dan perusahaan.
Mereka pun bagi-bagi tugas. Mufid Salim ngaku sebagai "Humble artsy spokeperson". Sedangkan Ayub jadi "Amusing creative chief". Lalu Fahnurrieski menjabat "Wise technical director". Dengan segala keterbatasan, mereka mulai untuk membuat film yang bisa diterima semua kalangan. "Pilihan" mereka pilih sebagai judul film tersebut.
“Film tersebut berkisah tentang seorang ibu yang patah hati karena terpaksa harus berpisah dengan anak dan suami tercinta untuk meraih mimpinya,” ungkap Mufid dalam siaran pers.
"Cerita film ini tentang perjuangan pendatang Indonesia di Taiwan dan pengorbanannya. Dalam cerita ini gue ngambil sudut pandang mahasiswa karena ya kebetulan yang main temen-temen gue juga," kata Ayub.
Setelah film rampun, "Pilihan" pun disebar ke YouTube. Meski nggak ada screening atau promo besar-besaran dan hanya memanfaatkan jaringan teman serta media sosial, tanggapan untuk film ini positif. NYALE Project dan Ayub juga mendapatkan respon seperti apa yang mereka impikan.
"Dari respon orang yang nonton bilang kalo film ini mewakili apa yang mereka alami," ucap cowok yang pernah bersekolah di Banjarmasin tersebut. "Nggak sedikit orang yang udah nonton terus japri ke gue atau tim bilang katanya cerita filmnya mirip banget sama kehidupannya. Bahkan ada bapak-bapak bilang 'bikinin dong cerita tentang bapak-bapak, masa ibu-ibu doang, saya juga mau disyuting', hahaha," ceritanya.
Kebetulan, beberapa saat setelah "Pilihan" dilepas, di Taiwan sedang ada The 2nd Immigrant and Migrant Short Film Awards. "Pilihan" pun diikutsertakan.
Ajang penghargaan itu memang cocok banget dengan tema yang diangkat oleh "Pilihan". The 2nd Immigrant and Migrant Short Film Awards menyelenggarakan penganugerahan yang dilaksanakan di Musem Nasional Taiwan, dengan menghadirkan berbagai film pendek, yang bercerita tentang kehidupan buruh migran, serta memperkenalkan kekhasan dan Taiwan dari sudut pandang orang asing. Acara puncaknya digelar di Museum Nasional Taiwan, Minggu (31/7).
Menurut Direktur Global Worker’s Organization (GWO), Hsu Jui hsi, program ini untuk mendorong masyarakat Asia Tenggara menyampaikan haknya.GWO meluncurkan Immigrant and Migrant Short Film Awards tahun 2015 dan menyelenggarakan lokakarya pelatihan jurnalis gratis di Taichung, Yunlin dan Kaohsiung.