Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ketika Tarzan Jadi Elegan Dalam The Legend of Tarzan

- Kamis, 01 Januari 1970 | 00:00
The Legend of Tarzan
Hai Online

The Legend of Tarzan

Sebentar lagi libur telah tiba. Adapun bioskop bakalan jadi riuh sama film-film dalam negeri maupun film mancanegara. Yap, dan salah satu film yang bakal menemani kita melewati hari-hari libur adalah The Legend of Tarzan.

Kalo ngomongin karakter ciptaan Edgar Rice Burroughs ini, siapa sih yang nggak tau? Gondrong, dan ke mana-mana cuma pake kolor doang. Gerak-geriknya lebih mirip kera daripada manusia. Kelihaiannya bukan bawa kendaraan, melainkan gelantungan di tengah hutan. Yes, it’s a man called Tarzan!

Tokoh yang muncul pertama kali di novel Tarzan of the Apes pada tahun 1912 ini nyatanya nggak pernah ada matinya buat diceritakan ulang. Kisah asal-usulnya yang dibesarkan oleh sekelompok gorilla di tengah hutan Afrika, atau kisah cintanya bersama wanita bernama Jane, selalu seru buat ditonton. Tapi sayangnya, di film The Legend of Tarzan, bukan kisah macam itu lagi yang bakal kita saksikan dan nikmati.

Nggak lagi menitikberatkan cerita pada asal-usul Tarzan di kawasan hutan belantara Afrika, film terbaru Tarzan garapan David Yates ini justru menampilkan kisah hidup Tarzan (Alexander Skarsgård) pada periode di mana dirinya telah keluar dari hutan. Sekarang, sang manusia rimba telah tinggal di Inggris di bawah identitas John Clayton III, Lord of Greystroke, bersama istrinya, Jane Porter (Margot Robbie) yang dulu dijumpainya di tengah hutan Afrika.

Sekali waktu, John diundang datang ke Kongo dan ditugaskan menjadi wakil bidang perdagangan untuk parlemen Inggris di sana. Sayangnya, pada penugasan ini, ia hanya dimanfaatkan oleh sebuah rencana jahat yang digagas oleh utusan raja Leopold di Kongo, Leon Rom (Christoph Waltz). Seakan emang direncanakan untuk membuat darahnya kian mendidih, John pun mengetahui bahwa maksud jahat Leon Rom ada hubungannya dengan keberlangsungan hidup di dalam hutan tempat tinggalnya dulu. So, ini bukan lagi film soal menjinakkan Tarzan, tapi malah soal mengembalikan kebuasannya! Ia harus berjuang menyelamatkan sahabat-sahabatnya di Afrika, plus melepaskan istrinya, Jane, yang jadi sandera si rakus Leon.

Boleh dibilang, sajian layar lebar berdurasi kurang dari dua jam ini betul-betul dikemas dengan apik dan membawa kita lebih jauh ikut serta ke dalam petualangan John Clayton kembali ke hutan. Dari segi sinematografi, kita betul-betul dihadiahi gambar lanskap daratan Afrika yang eksotis dan memukau, berikut dengan hewan-hewan yang menghuninya. Kita juga diajak masuk ke dalam hutan belantara, di mana Tarzan pernah tinggal dan menjalin relasi intim dengan penghuninya, termasuk para gorilla, singa, dan gajah.

Scoring film ini juga cukup memanjakan gendang telinga, tatkala mengiringi beberapa scene yang cukup krusial, serta adegan-adegan yang bikin kita sesekali tegang.

Penyuguhan ceritanya juga cukup rapi. Sesekali, kita diajak menengok masa lalu Tarzan lewat flashback yang disajikan secara bertahap. Mulai dari kematian orang tua Tarzan di tengah hutan, lantas bayi Tarzan ditemui dan dirawat oleh sekawanan gorilla, hingga pada masa-masa awal perkenalan Tarzan dan Jane. Semua dikemas secara rapi, dan memanjakan mata serta pendengaran. Kisah drama dan petualangan diikat jadi satu kesatuan yang menghibur banget!

Hanya saja, kalau kita menitikberatkan pada 20% bagian akhir film, kita akan sedikit merasa bahwa film ini ditutup sedikit buru-buru. Terjadi lompatan cerita yang sedikit banyak membuat kita nggak bisa mencapai kepuasan maksimal waktu menonton. Plus, di Indonesia sendiri, rasanya ada beberapa adegan yang dipangkas, dan sangat terasa waktu kita sedang konsen-konsennya nonton. Aksi Margot Robbie yang biasanya di film lain lebih liar dan berani, di film ini sedikit bisa kita lihat kekalemannya. Walau nggak tau juga, apakah dalam beberapa adegan yang dipangkas, ada scene-scene yang memang menampilkan Margot waktu sedang hot-hot-nya. Hehe…

Well, pada akhirnya, bisa disimpulkan kalau film ber-budget sekitar 180 juta dollar Amerika ini bisa banget dijadikan teman kita waktu liburan. Ceritanya unik, dan suguhannya pun menarik.

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x