The Conjuring 2 sukses berat! Film garapan James Wan ini meraup 40,4 juta dollar AS dari penjualan tiket di 3.343 lokasi di Amerika Serikat dan Kanada pada akhir pekan penayangan perdananya. Dengan begitu, The Conjuring 2 menjadi film horor pertama yang menempati posisi teratas sejak Goosebumps pada Oktober 2015. Valak pun jadi primadona. Iblis suster ini rame diomongin di dunia maya. Bukan cuma karena sosoknya, tapi juga meme kocaknya yang bertebaran.
Kalo diperhatiin, film-film atau reality show berbau hantu seperti The Conjuring 2 ini hampir selalu laku karena jutaan orang menontonnya. Mereka berbondong-bondong ke bioskop demi melihat Valak bergentayangan. Kenapa sih banyak orang begitu keranjingannya menikmati hantu? Berikut alasannya dari sisi psikologi.
Baca Juga: Video Kesurupan Nonton The Conjuring 2 Ternyata Hoax! Ini Penjelasannya
Mencari ketakutan
Ketakutan bisa dibilang salah satu yang dihindari semua orang. Tapi ketika nonton film horor, hal inilah yang paling dicari.
"Orang menonton film hantu karena mereka memang ingin ditakut-takuti. Jika nggak, mereka takkan melakukannya untuk yang kedua kali," ungkap Jeffrey Goldstein, editor buku Why We Watch dan profesor psikologi sosial dari Universitas Utrecht, Belanda, saat diwawancara Live Science.
"Kami memilih hiburan yang kami ingin dipengaruhi olehnya. Jika orang ingin pergi menonton film horor, itu karena mereka ingin merasakan efeknya," lanjutnya.
Menurut pendapat David Rudd, dekan College of Social and Behavioral Science, orang menyukai ketakutan dan berusaha mencari ketakutan lewat film horor karena mereka tahu bahaya yang mereka rasakan palsu. Mereka tahu benar bahwa sebenarnya mereka baik-baik saja. Kesadaran itu mengusir rasa takut dan bahkan membuat mereka gembira.
Baca Juga: Ini Dia Sosok Valak yang Sebenarnya, Ternyata Beda Banget Sama The Conjuring 2
Rudd mengatakan, remaja dan orang dewasa umumnya mampu menakar rasa takut yang diakibatkan oleh pengalamannya. Misalnya, mereka tahu bahwa menonton film horor nggak akan menyebabkan ancaman fisik, hanya ancaman psikologis kecil karena mungkin mengalami mimpi buruk setelahnya.Lalu, gimana dengan orang-orang yang benar-benar merasa takut melihat film horor?
Dalam wawancaranya dengan Live Science, Rudd mengatakan, pengalaman rasa takut yang riil adalah menghadapi ketakutan yang dia anggap di luar batas. Dalam hal ini, orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang batasannya. Anak-anak, misalnya, belum mampu menakar kewajaran pengalamannya sehingga sering sekali merasa takut.
"Orang dewasa sudah terbiasa dengan risiko tertentu dan rasa takut. Tentang film hantu, misalnya, mereka bisa dengan mudah melupakannya. nggak seperti anak-anak. Pengalaman dengan rasa takut ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Itu merupakan bagian dari kedewasaan," tutur Rudd.