Ulasan film Batman v Superman: Dawn of Justice emang jadi bahan review-an yang buruk bagi para kritikus film dari luar dan dalam negeri. Meski begitu, minat masyarakat untuk menonton pertarungan superhero DC Comics ini ternyata tidak menurun, bahkan karena penasaran yang tinggi sama hashtag #WhoWillWin penonton BvS justru pecahin rekor.
Pada pekan pertama debut penayangan film BvS: Dawn of Justice justru mengalahkan rekor selama enam pekan sebelumnya. Dikutip dari The Guardian, film arahan Zack Snyder ini meraup pendapatan 170,1 juta dolar hanya di Amerika Utara saja.
Dengan biaya pembuatan film hanya 250 juta dolar, dipastikan Warner Bros akan terusn mendapatkan untung yang berkali-kali lipat. Kritikan pedas pun tidak menghalangi film itu merajai beberapa bioskop dunia.
Tidak Sepenuhnya Gagal
Jika situs Rotten Tomatoes yang menjadi rujukan para penikmat film dan kritikus film hanya memberikan skor 5 dari 10 dan penonton banyak yang memberikan skor 3.8 dari 5. Para pengulas film sempat menyebut kalau film yang durasinya mirip film India ini gagal menampilkan konflik yang dewasa.
“Bukan sepenuhnya gagal, intrik-intrik penyatuan universe yang mereka namakan DC Extended Universe untuk menyaingi Marvel Cinematic Universe itu memang punya relevansi, twist serta karakter tambahan yang menarik; dari senator AS yang diperankan oleh – once an Academy Award winner (dalam ‘Broadcast News’) – Holly Hunter, karakter Alfred yang jauh lebih seksi dan hi-tech geek tak seperti biasanya oleh Jeremy Irons, sempalan-sempalan seperti Scott McNairy, Jeffrey Dean Morgan hingga supporting ‘Man of Steel’ yang kembali; Laurence Fishburne, Kevin Costner, Diane Lane dan Michael Shannon, termasuk hal tersulit menggabungkan Metropolis dan Gotham yang sama-sama representasi New York. Apa yang mereka lakukan atas penggabungan itu, jika mau sedikit lebih jeli, bagus,” kata Daniel pemilik bloh danieldokter.wordpress.com.
Meski mengakui film BvS tidak sempurna, Daniel yang menyayangkan intrik serta konflik yang berjalan terlalu lamban itu pun tetap punya kemampuan koherensi jahitan penceritaan yang nggak bikin penontonnya keluar dari studio.
“Ada sempalan action-action kecil di dua jam awal durasinya memang, tapi tak satu pun yang bisa menyelamatkan kekacauan skrip dan chemistry penceritaan Terrio (in intrigues) dan Goyer _seperti biasa untuk menahannya berada di pakem adaptasi komik, oh maaf, maksudnya novel grafis superhero. Selagi fondasi utama kemarahan Batman terhadap Superman sudah muncul dengan sangat relevan dari ngeles-ngeles soal collateral damage itu, Terrio dan Goyer memang masih punya tugas ekstra memasukkan karakter-karakter tambahan tadi sebagai katalis untuk mendorong kemunculan Lex Luthor sebagai villanous mastermind yang maunya (lagi-lagi menggamit pola sulit move on) seperti Heath Ledger’s Joker di ‘The Dark Knight’,” jelasnya.
Meski banyak dijatuhkan, film yang sejatinya sekuel dari Man of Steel ini tetap membuat penasaran penonton tidak bisa dihalang-halangi hanya dengan ulasan yang buruk. Melibatkan Ben Affleck sebagai bruce Wayne/Batman terbaru yang melawan Superman (Henry Cavill), pertarungan itu melibatkan Lex Luthor (Jesse Eisenberg) dan Lois Lane (Amy Adams) dan Martha Kent (Diane Lane) yang jadi kunci penyelesaian masalah mereka, juga datangnya seorang cewek misterius Diana Prince (Gal Gadot) yang menyimpan kunci terhadap kekuatan super lain, Aquaman, Cyborg dan The Flash bisa jadi senjata yang ampuh untuk penonton menyelesaikan film tersebut.