Nyatut Banyak di Proyek Buku Tahunan, Pelakunya Akhirnya Ngaku. Mau Tau?

Biasanya ada sebuah barang yang bakal kamu sering lihat ketika lulus dari sekolah nanti yang bikin kamu kangen sama sekolah. Bisa dibilang itu merupakan sebuah mesin waktu yang praktis membawa kamu ke masa-masa sekolah dulu.Ya, buku tahunan.

Buku tahunan atau booklet biasanya jadi barang wajib di tiap sekolah buat menutup masa-masa indah di SMP atau SMA.Foto-foto per kelas, ekstrakulikuler, sampai guru-guru sudah pasti jadi konten di buku tahunan ini.

Untuk memproduksi bahan kenangan ini kocek yang dikeluarkan beragam, bisa Rp 200rb sampai Rp 400rb. Hmm.. nggak murah ya. Biasanya buku tahunan diurus sama panitia yang terdiri dari siswa-siswa sekolah juga. Bisa diurus kelas XII-nya langsung, bisa juga dibantu sama teman-teman angkatan bawahnya.

Nantinya proyek ini dikasih ke vendor-vendor jasa pembuatan buku tahunan yang dipilih sama siswa. Nah, di sini nih biasanya terjadi kongkalikong alias korupsi kecil-kecilan.

Praktik kayak gini biasanya datang dari kerjasama panitia sama vendor atau bahkan langsung dari siswanya.

Nggak percaya, simak aja nih pengakuan pelakunya langsung. Sebut aja Timbul, siswa salah satu sekolah di Kota Kembang. “Biasanya itu deal-deal-an dari awal masalah jatah dari vendor,” jelas Timbul. Menurut dia perjanjian itu bukan vendor yang mengajukan, tapi dari panitia langsung yang minta. Waduh…

Dari kongkalikong itu, Timbul bisa dapet potekan untung dari ongkos yang dibebankan ke teman-teman seangkatannya. Kata Timbul satu bukunya doi dapat jatah sekitar 10rb Rupiah, dan di sekolahnya dicetak sekitar 365 buku. Bisa hitung sendiri berapa dana-dana ‘nakal’ yang dia dapet dari proyek ini.

How to anticipate:

• Ajak guru, pihak sekolah, atau komite untuk terjun sebagai pengawas. Keberadaan mereka dijamin bikin niat jaat pihak yang jadi koordinator jadi luntur.
• Cari tau sendiri harga jasa berbagai macam vendor, sebagai pembanding.