Mungkin Tuhan melarang kita menjadi orang-orang yang melewati batas, tapi pasti Tuhan bakal senang kalau kita bisa melewati mimpi-mimpi yang selama ini dikejar.
Seperti konser fenomenal dari musisi muda dan penyanyi asal Inggris, Ed Sheeran di atas panggung megah di Stadion Wembley, London yang didokumentasikan oleh timnya sehingga kemudian menjadi sebuah film layar lebar bertajuk Jumpers for Goalposts. Film ini mendokumentasikan ambisi seorang Ed Sheeran di panggung musik yang tak pernah mati.
Film berdurasi 98 menit yang disutradarai Paul Dugdale tersebut merupakan film konser pertama Ed Sheeran saat tampil selama tiga hari berturut-turut di Stadion Wembley, London, yang merupakan tempat keramat bagi para musisi besar dunia. Sebut saja Queen, Michael Jackson, Rolling Stones, U2, Foo Fighters, dan Muse adalah beberapa musisi yang sukses besar tampil di Wembley. Ed yang baru memiliki dua album tersebut menjadi satu-satunya musisi dan penyanyi solo tunggal yang tampil pertama kali di Stadion Wembley.
Selama tiga hari berturut-turut, konser Ed dipadati 80.000 penonton. Selama tiga hari itu pula, Ed tampil habis-habisan menghibur penggemarnya dengan aksi di atas panggung yang penuh energi. Baca: Nggak Kuliah, Ed Sheeran Tetap Jadi Doktor
Penonton di gedung bioskop bakal menyaksikan bagaimana seorang Ed, yang berdiri di atas panggung seorang diri dengan sebuah gitar di tangannya, mampu menggetarkan penonton yang menyesaki Wembley. Bukan hanya melalui permainan gitar dan musiknya yang menunjukkan bakat luar biasa seorang Ed Sheeran, melainkan juga vokalnya yang membuai.
Di atas panggung, Ed hanya sendiri, tapi panggungnya nggak pernah terlihat dan terasa kosong. Layar-layar besar selalu siap menampilkan potongan wajah dan gerak-gerik Ed, termasuk tato-tato di tangannya yang bergerak lincah saat jari-jarinya memetik senar gitar. Kadang-kadang layar juga menyajikan gambar-gambar sebagai ilustrasi lagu yang dimainkannya. Tata lampu yang megah membuat penampilan Ed makin maksimal.
Gitar yang dimainkan Ed menjadi sebuah alat musik hidup yang menghasilkan musik yang kaya, ibarat musik yang dimainkan dengan instrumen lengkap. Sebuah hal yang jarang terbayangkan sebelumnya, seorang musisi solo mampu menyajikan permainan musik yang kaya ibarat permainan sebuah band berformasi lengkap.