Facebook sedang mengembangkan tombol "dislike" untuk memperkaya ekspresi berkomunikasi lewat jejaring sosialnya. Menurut CEO Facebook Mark Zuckerberg, tombol "dislike" sudah lama diminta para pengguna. Lalu, setelah hampir 12 tahun beroperasi, mengapa baru sekarang Facebook mewujudkan keinginan penggunanya itu?
Salah satu alasannya adalah perubahan tren pengguna Facebook yang kini lebih diminati orang dewasa. Tombol "dislike" dianggap lebih bisa dimanfaatkan oleh netizen yang telah matang dalam usia dan semoga dalam sikap.
Sebab, jika pengguna Facebook masih didominasi para remaja atau ABG (anak baru gede) yang stereotipnya belum stabil, tombol "dislike" dikhawatirkan bisa jadi ajang bully dan penyebaran energi negatif.
"Saya nggak ingin Facebook jadi forum orang-orang menjatuhkan postingan orang lain," kata Zuckerberg, sebagaimana dilaporkan Gizmodo dan dihimpun KompasTekno, Senin (21/9/2015).
Kini, kala para remaja telah bermigrasi ke media sosial yang lebih baru, seperti Instagram dan Snapchat, Zuckerberg merasa momen bagi kemunculan tombol "dislike" makin mendesak.
Baca Juga:Wah, Pendiri Facebook Nikahi Cewek Indonesia
Orang dewasa, menurut Facebook, lebih suka membagi berita dan berdiskusi tentang politik atau hal-hal serius lainnya. Dalam diskusi dan pemberitaan yang beredar, tombol "like" dianggap nggak mengakomodir ekspresi lain untuk menanggapi suatu isu.
"Nggak semua momen adalah momen bahagia, bukan? Jika kamu membagi berita sedih, nggak apik rasanya orang lain me-like unggahan kamu," kata Zuckerberg.
Misalnya saat ada seseorang yang membagi berita tentang diskriminasi, kekerasan dan perlakuan nggak adil lainnya. Kurang etis jika respons yang diberikan adalah "Like".
Diketahui, saat pertama kali muncul, Facebook didominasi oleh pengguna berumur 18 hingga 22 tahun. Pada 2006, orang tua mulai masuk ke jejaring sosial bernuansa biru itu.
Sekarang, menurut data dari Pew Research Center, 62 persen pengguna Facebook berumur di atas 25 tahun. Hasilnya, linimasa Facebook pun berevolusi.