Follow Us

Calo tiket berkeliaran di Piala Dunia 2010

Eddy Suhardy/Alvin Bahar - Senin, 14 Juni 2010 | 07:06
Calo tiket berkeliaran di Piala Dunia 2010
Eddy Suhardy/Alvin Bahar

Calo tiket berkeliaran di Piala Dunia 2010

Padahal FIFA sudah menjamin kalau selama perhelatan akbar ini, sistem tiket yang mereka bangun tidak akan memungkinkan adanya praktik yang hanya menguntungkan sebagian orang saja tersebut. Sayang, aturan tinggal tertulis saja. Pasalnya, di lapangan praktik yang sama seperti di Indonesia ini malah semakin ramai, terutama jika ada pertandingan yang melibatkan tim besar. Di luar arena, sudah tentu ada pria-pria berkulit hitam yang menawarkan tiket.

Seperti pada dua partai terakhir, Serbia versus Ghana, yang akan bertanding nanti, Belanda kontra Denmark dan Jepang berhadapan dengan Kamerun. Di Loftus Versfeld kemarin, aneka cara digunakan para calo untuk menjual tiket yang mereka pegang. Sementara di area sebelum masuk Soccer City hari ini, pagi-pagi serombongan calo sudah berkeliaran di sekitar area parkir, shuttle bus dan fanfest di Innesfree Park, Sandton City, Johannesburg.

Rata-rata dari mereka menawarkan secara terang-terangan kalau tiket itu memang asli. Termasuk saat Tribun hendak memasuki fanfest, seorang calo langsung mendekat. Mereka menawarkan tiket kelas III dengan harga 1400 Rand atau sekitar Rp 1, 8 juta per lembar. Padahal harga asli tiket tersebut hanya setengahnya alias Rp 900 ribu saja. Beberapa tiket yang mereka genggam juga melonjak drastis, terutama untuk jenis kelas I dan VIP. Dua tiket tersebut bisa menembus angka masing-masing 8000 Rand dan 14 ribu Rand!. Bagi suporter yang berkantong tebal mungkin tidak menjadi masalah, namun bagi mereka yang tidak punya cukup uang, tentu saja hanya bisa meringis.

Meski FIFA sudah membuat aturan ketat, para calo itu ternyata tidak ketinggalan akal. Seperti tercatat dalam aturan, setiap penonton yang memiliki tiket masuk tapi tidak atas namanya, wajib membawa orang yang namanya tercantum dalam tiket. Nah para calo itu dengan cerdik menggunakan nama mereka dalam tiket.

Sehingga saat mereka mendapat konsumen, para calo itu sendiri yang mengantar konsumen mereka hingga ke tempat duduk stadiona. Setelah dipastikan sang konsumen duduk pada tempatnya, mereka keluar lagi dari dalam stadion untuk mencari mangsa. Begitu seterusnya, sampai mereka mengeruk banyak keuntungan.

Jasa calo ini ternyata cukup banyak peminatnya, apalagi untuk partai dengan tim raksasa, baik dari Eropa maupun Amerika Selatan. Para pembeli seolah tak memikirkan harga tiket, bagi mereka hal yang paling menggembirakan adalah menonton langsung pertandingan di dalam stadion."Harga ini memang cukup mahal, tapi saya pikir tak akan terasa jika Anda bisa masuk ke dalam stadion, dan menikmati pertandingan yang mungkin hanya kualami sekali dalam seumur hidup di benua Afrika ini," tutur Holgen, seorang suporter Belanda yang tengah bergerak ke Soccer City setelah mendapat tiket dari tangan calo seharga 1400 Rand.Seorang calo kepada Tribun mengaku, dalam sehari jika beruntung, mereka bisa mendapat pendapatan lebih dari 10 ribu Rand atau sekitar Rp 130 juta!.Bisnis calo memang menjadi pilihan sebagian warga Afsel, karena dinilai menjadi aji mumpung untuk memeroleh uang, mengingat saat ini iklim ekonomi di negara Jacob Zuma ini masih terkena dampak resesi tahun lalu.

(tribunnews.com/bud)

Foto: Dan Kitwood/Getty Images

Editor : Eddy Suhardy/Alvin Bahar

PROMOTED CONTENT

Latest