"Soalnya kalo abis minum obat batuk jadinya ngantuk. Makanya kalo udah kecapean, gue suka minum tuh obat. Abis kadang-kadang makin kecapean kan malah jadi susah tidur!" kata Galih, seorang temen yang sekolah di sebuah SMA negeri di bilangan Setia Budi, Jakarta.
Yap. Rata-rata temen-temen kita yang kecanduan obat batuk emang bilang begitu. Mereka jadi suka banget minum obat batuk lantaran tuh obat bisa bikin tidur jadi pules.
Kalo kata Dra. Aziza Nuraini, MM, obat batuk bikin ngantuk lantaran ada zat antihistamin-nya. Itu lho, zat yang berfungsi buat ngilangin alergi.
"Selain menghilangkan alergi, zat ini juga menekan sistem saraf pusat sehingga kerjanya jadi lambat. Kalo sistem saraf pusat kerjanya lambat, kita kan jadi rileks. Lha kalo orang yang minum obat itu dasarnya sangat sensitif terhadap antihistamin, ujung-ujungnya jelas ngantuk. Tapi kalo nggak sih nggak juga tuh," kata Bu Nur.
O, gitu. Kirain bikin ngantuk gara-gara ada campuran alkohol. Sebab memang ada obat yang mengandung alkohol. Itu juga nggak dibantah Bu Nur. Doi menjelaskan ada beberapa jenis obat batuk yang pakai alkohol meski kadarnya sangat kecil. "Alkohol digunakan buat melarutkan succus liquiritiae, zat yang berfungsi untuk mengeluarkan dahak. Succus liquiritiae ini biasanya ada dalam obat batuk hitam," tambah Bu Nur.
Lanjut ke soal kecanduan obat batuk lagi nih. Sebagian temen kita kecanduan obat batuk karena obat batuk masuk kategori legal dan dijual bebas. Berarti, efek sampingnya relatif kecil. Jadi, menurut mereka nggak bakalan tuh bikin badan jadi bonyok seperti kalo make putaw dan kawan-kawannya. Bener begitu?
"Obat batuk itu emang umumnya tergolong obat bebas yang telah teruji di laboratorium memiliki side effect yang kecil. Tapi harus diinget, segala jenis obat intinya adalah racun yang dikelola supaya bermanfaat untuk tubuh. Setelah menunaikan tugasnya memberantas penyakit, sisa-sisa racun obat ini akan ngepos di hati dan ginjal untuk selanjutnya dikeluarin dari tubuh. Nah, buat ngeluarin racun-racun ini, hati dan ginjal harus kerja keras," jelas Kepala Pusat Informasi Obat & Makanan Badan POM RI ini.
So, bayangin deh, kalo kita sering minum obat sementara nggak sakit sama sekali. Begitu masuk ke dalam tubuh, racun-racun ini kan nggak ada kerjaan, lantaran nggak ada penyakit yang musti "diberesin". Jadinya "mereka" langsung rame-rame menuju hati dan ginjal. Ngedekem di sana, nunggu giliran dikeluarin dari tubuh.
Sakit nggak sakit tiap hari minum obat, racunnya makin berjibun. Hati dan ginjal kerjanya jadi berat banget! Terus-terusan disuruh kerja berat, lama-lama hati dan ginjal capek dong? Ya rusak lah...."
Tuh kan! Nggak aman juga, brur.