"Beberapa tahun terakhir ini saya gerah melihat rumah saya, Bali (terutama Bali selatan; Kuta, Nusa Dua, Seminyak dan sekitarnya) dieksploitasi alam serta SDM nya secara membabi-buta atas nama pariwisata. Kemacetan, polusi, sampah hingga masalah kependudukan, semua makin kacau," tulis Jerinx, dalam surat elektronik kepada HAI beberapa waktu lalu.
Yap, itulah sedikit curhatan Jerinx kepada HAI tentang tanah kelahirannya, yang sedang terusik sebuah proyek reklamasi. sebagai warga Kuta asli, Jerinx dan teman-temannya wajar jika merasa terusik, dan berusaha "melawan" sekuat tenaga, agar tanah kelahirannya nggak jadi lahan mengeruk keuntungan beberpa pihak semata.
"Saya merindukan Bali di era 80-an. Begitu asri dan bersahabat, tidak se-industrial dan se-palsu sekarang. Saya berharap Bali bisa kembali ke masa-masa itu. Pembangunannya tidak ngawur, masyarakatnya masih tulus, turis-turisnya pun datang ke Bali karena kehangatan tersebut," kata Jerinx.
Mau tau cerita lebih lengkap tentang sang artist of the year HAI yang satu ini? Baca kisah selengkapnya di Hai Magazine edisi 49, yang terbit minggu ini.