HAI-online.com -Sepertinya yang ini bionya terlalu biasa, *swipe left*.
Kalau yang ini distance terlalu jauh, *swipe left*
Yang ini wajahnya lumayan, tapi terlalu tua, swipe left. Eh, yang satu ini menarik, umurnya nggak terlalu jauh, tampangnya oke juga, *swipe right.*
It’s a match! You and Him have liked each other.
Mungkin hal di atas jadi hal yang biasa buat para pengguna dating application Tinder. Diawali rasa penasaran dan jenuh dengan kehidupan yang gini-gini aja, akhirnya gue juga mencoba mengunduh aplikasi ini. Pertama kalinya di tahun 2016. Dan ternyata, gue menjadi salah satu anak bocah yang berkeliaran di antara para mahasiswa dan pekerja.
Kayaknya, semua pengguna Tinder sering dapet stereotype yang nggak enakin (Bukan cuma gue doang, kan?) Mulai dari anggapan sebagai orang yang nggak laku, cewek murahan (karena ganti-ganti teman cowo) atau gabut banget, sampe harus main dating app semacam tinder?
Nggak jarang juga gue mendengar teman-teman ngomong, “deket cowo mulu, jadian kapan?” karena saking seringnya gue jalan atau main sama cowok-cowok yang gue kenal secara online. Padahal, yang most of people nggak tau, main tinder nggak selalu punya konotasi negatif loh. Ini dia beberapa manfaat yang gue rasain selama main Tinder!
Dapet Guru Les Gratis
Karena gue masih 17 tahun dan sebagian besar pengguna Tinder itu above 18, otomatis mereka senior gue di sekolah dong! Nah, kalau gue lagi dapet tugas sekolah, sering loh gue dapet bantuan cuma-cuma dari mereka. Misal, besok gue ulangan akuntansi dan kebetulan match sama anak akuntansi, lalu dia ngajarin gue dan keesokannya hasil ulangan gue 95! (ini kisah nyata, guys)
Dapet Support-Center
Bete? Galau? Mau curhat tapi bingung sama siapa? Nah, biasanya gue akan berkeliaran di Tinder lalu cerita sama salah satu dari mereka yang matched sama gue. Cowo-cowo yang gue temuin di Tinder selama ini biasanya jadi pendengar yang baik loh