Peruntungan besar coba dibidik Steven Quale lewat sebuah film bencana, Into The Storm. Pasalnya, ada misi tersendiri yang diusung, yaitu menyaingi kesuksesan Twister yang beken di awal 90-an lalu.
Menghadirkan drama mencekam saat sebuah kota tengah diserang badai tornado, film yang diproduksi oleh New Line Cinema dan Village Roadshow Pictures ini menawarkan sesuatu yang beda. Yaitu penampakan visual yang jauh lebih baik daripada pendahulunya.
Into The Storm sendiri memiliki tiga cerita yang saling berhubungan di awal film. Ketiganya mengkerucut lantaran semua karakter yang terpisah di awal menyantu demi menyelamatkan nyawa mereka dari terjangan tornado.
Semuanya berawal ketika sebuah sekolah di kota Silverton tengah mempersiapkan hari kelulusan mereka di tengah kondisi cuaca ekstrim. Salah satu dosennya, Gary Morris pun memutuskan untuk tetap menghadiri acara tersebut.
Sedangkan, kedua anaknya terpisah lantaran masing-masing punya acara sendiri untuk merayakan hari kelulusan, di mana sang kakak tertua memilih mengajak sang gadis incaran untuk terakhir kalinya.
Di cerita yang lain, sekelompok pemburu tornado berusaha mencari peruntungan dengan mengerjakan proyek film besarnya. Mereka pun menangkap ada kemungkinan kota Silverton di serang berbagai tornado dari penjuru negeri.
Dan benar, anak-anak Tornado pun mulai muncul di beberapa lokasi. Semuanya pun mengarah ke sekolah yang dipadati ratusan orang yang tengah menggelar wisuda.
Tornado pertama pun menghantam keras sekolah tersebut yang membuat beberapa atap gedung terbang. Tak hanya itu, tornado tersebut juga menyerang sebuah gedung tua di mana salah satu anak Morris tengah berada di sana.
Berbagai adegan heroik di film ini cukup menggerus setiap nafas para penontonnya. Terutama saat Morris memberikan pertolongan kepada sang anak yang terangkap dan nyaris mati tenggelam terhempas tornado.
Alur cerita yang kompleks dengan twist yang sederhana jadi kekuatan film yang satu ini. Sayang, seperti Twister, cerita ini hanya dipenuhi dengan aksi-aksi heroik yang tak dibatasi.
Nilai positifnya, visual efek yang dihasilkan kala sang sutradara menghadirkan megahnya angin tornado level lima di akhir film cukup apik. Sayang, ada beberapa adegan pendukung yang tidak masuk akal, seperti saat mereka terjebak di sebuah kecelakaan, sedangkan mereka tengah dikejar tornado.
Dibintangi leh Richard Armitage, film ini juga didukung beberapa pemain muda seperti Nathan Kress dan Jeremy Sumpter. Setidaknya, film ini bisa menjadi obat rindu para penggemar Twister dan kawan-kawannya.