Selamat datang di era kematangan bermusik Maliq & D'Essentials. Karena sudah bukan saatnya lagi memperdebatkan kadar ke-jazzy-an grup ini. Toh, mereka secara bangga menyebut album keenam mereka dengan Musik Pop.
Kelar membangun pondasi di album Sriwedari, Angga Puradiredja cs seperti udah ketagihan bikin album berkonsep. Sejak masuk di Pintu, pendengar seperti disambut dengan the new sounds of Maliq & D'Essentials.
Hanya di album ini elo bisa mendengarkan alat musik akustik seperti biola, gitar nylon, dan grand piano disandingkan dengan bebunyian efek absurd layaknya musik noise. Buktinya, dengarkan aja Taman yang menggantikan anomali musik Maliq, yang jika di album sebelumnya diwakili oleh Drama Romantika.
Imajinasi dan Ombak Utara seperti membawa kita ke musiknya papa mama kita di era album Badai Pasti Berlalu-nya Om Eros Djarot, dengan kort yang mendadak progresif di sepanjang lagu. Bagi yang pingin nyanyi bareng pas liat Maliq secara live, Himalaya bisa lah jadi lagu andalan.
Jika elo termasuk pecinta Maliq & D'Essentials era dua album pertama, jangan coba-coba dengerin Nirwana. Karena ada Indra Lesmana lagi show up selama tiga menit lebih dari total 5.38 menit panjangnya lagu dan bersiaplah dengan klimaks the new sounds of Maliq & D'Essentials di lagu ini.
Paling kompromis sih lagu Ananda. Meski menggaet Indra Lesmana, lagu ini bisa mempertemukan Maliq era Sriwedari , dengan kuping pendengar yang masih kebingungan, kenapa musik Maliq jadi begini? Hehehe. Argh, pokoknya selamat datang di era kematangan musik Maliq lah!