:blur(7):quality(50):quality(100)/photo/2019/03/04/1206673064.jpg)
:blur(7):quality(50):quality(100)/photo/2018/09/25/3530764787.jpg)
:blur(7):quality(50):quality(100)/photo/haifoto/original/60303_tidur-sehabis-makan.jpg)
:blur(7):quality(50):quality(100)/photo/2019/03/12/1193246870.jpg)
:blur(7):quality(50):quality(100)/photo/2019/06/03/1581169761.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/haifoto/original/6939_tiga-pagi-roekmana-s-repertoar.jpg)
Kesan pertama itu penting. Nggak cuma dari sisi materi tapi juga packaging yang mereka kemas dengan apik. Membukanya seperti memiliki mainan baru, dimana saya selalu penasaran kertas apa ini? Gambar apa ini? Tulisan tentang apa ini? Belum mendengarkan lagunya saja album ini sudah cukup menyenangkan.
Agak heran ketika memasukan cd ini ke dalam komputer saya, tracknya cuma satu dengan durasi 1 jam 6 menit. Oh, Tiga Pagi nggak ingin pendengar melewatkan album ini hanya dengan satu lagu, namun keseluruhan. Petikan gitar yang mengiring lagu demi lagu jadi pondasi utama album ini. Nggak usah dirumitkan antara berpadu dengan string atau vokal karena sama enaknya. Dari apa yang mereka mainkan, band ini kuat untuk memberi sisi damai bagi pendengarnya.
Dilihat dan didengar, album ini adalah album yang matang. Mangembil tiga lagu, saya memilih S(m)unda, Pasir dan The Way.
:blur(7):quality(50)/photo/2024/04/19/cara-main-kartu-kuartet-pendekar-20240419022906.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2024/04/19/img_3902jpg-20240419115359.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2019/03/04/1206673064.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/haifoto/original/60303_tidur-sehabis-makan.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2019/03/04/1206673064.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2018/09/25/3530764787.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/haifoto/original/60303_tidur-sehabis-makan.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2019/03/12/1193246870.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2019/06/03/1581169761.jpg)
:blur(7):quality(50)/photo/2022/09/21/burgerkillllljpg-20210902023922-20220921021404.jpg)