Tersebarnya kabar "Tes Keperawanan" untuk siswi SMA dan kontroversinya yang merebak hingga saat ini, para siswi yang menjadi target tes tersebut angkat bicara. Rata-rata dari mereka memang nggak setuju, bahkan sangat marah dengan kebijakan tersebut, tapi ada juga yang menanggapinya dengan santai. Cek komentar teman-teman kita?
"Tes keperawanan itu menurut aku nggak perlu diadakan. Karena belum tentu jika hasil dari test itu menyatakan seseorang positif nggak perawan. Padahal, pada kenyataannya ia belum pernah melakukan hubungan seksual. Keperawanan itu bisa saja hilang karena ia berolahraga, misal robek saat split, dan sebagainya, tapi bukan hanya karena berhubungan seksual itu tadi. Jadi, tes itu seharusnya nggak usah dilakukan!" Seru Mutie Qotrunnada, warga SMAN 22 Jakarta.
Senada dengan Mutie, Rian Sabrina dari SMA 12 Jakarta juga sangat nggak setuju, bahkan ia mengutuk pencetusnya, baik di dinas pendidikan atau di sekolah yang bersangkutan. "Nggak ngotak banget, sumpah yang mencetuskan ide itu," katanya dengan emoticon "straight" tanda serius nggak setuju.
Berbeda dengan keduanya, Vianti dari SMA 32 Jakarta malah menanggapinya dengan santai. "Gue juga nggak setuju sih!! tapi selama masih perawan mah woles aja," ucapnya tetap ceria.
Meski tes keperawan hanya dilakukan di SMA Prabumulih, Sulawesi Selatan, itu pun masih kontroversial, namun bila kebijakan itu dilaksanakan di banyak sekolah, termasuk sekolah teman-teman kita ini, mereka juga sepakat untuk menolak.
"Kalau di sekolah ada peraturan seperti itu, gue menolak dengan memberikan alasan yang logis, buat apa?" Kata Ainun Nadhirah dari SMA 22 Jakarta.
Aprilia Alexandrian dari SMA Yadika 6 Tangerang juga dengan tegas akan menolak sekolahnya bahkan dinas pemerintah terkait, bersama teman-temannya.
"Saya bakal ajak temen-temen untuk membuat suatu keputusan yang memihak untuk kepentingan bersama kaum wanita, dan ini harus dilakukan bersma pastinya bakal ajak temen dan smua cewek di sekolah pasti bakal ikut bantu kok," katanya.