Follow Us

Trail Running, Ketika Lari di Jalan Raya Sudah Terlalu Mainstream

- Senin, 02 Februari 2015 | 05:00
Trail Running Ketika Lari di Jalan Raya Sudah Terlalu Mainstream
Hai Online

Trail Running Ketika Lari di Jalan Raya Sudah Terlalu Mainstream

Ketika berlari di jalan raya sudah terlalu mainstream, para pelari mencari-cari tantangan baru dengan mengejar trail run event di berbagai daerah.

Termasuk yang tergila-gila sama lari, dan doyan ikutanfun race5K-10K? Itu sudah biasa, jek! Cobain trail run dong, lari di alam bebasyang belakangan ini jadi tren tersendiri. Terhitung sejak 2011, hibrida antara olahraga hiking dan running ini mulai "meracuni" kehidupan para runner. Selain membuat tubuh jadi sehat, medan dengan pemandangan yang bervariasi menjadi daya tarik utamanya.

"Orang yang ikutan trail running dilatih buat punya mental dan keberanian yang lebih kuat," ujar Zaki, alumni UII Yogyakarta yang sudah 2 tahun ini aktif lari-larian di alam bebas.

Apa yang dibilang Zaki bukan sekedar omongan belaka. Karena, berbeda dengan road running, medan yang harus kita hadapi dalam trail running nggak melulu jalan raya beraspal mulus. Selain trek tanah atau rerumputan, semak belukar lebat, dan bebatuan, bahkan rawa-rawa pun mungkin saja yang harus kita hadapi. Begitupun tanjakan dan turunan terjal. Belum lagi masalah tipisnya oksigen di ketinggian atau justru kelembaban udara yang berlebihan seperti jika kita memutuskan untuk menyusuri trek di daerah hutan mangrove di pesisir pantai.

Nggak heran kalau banyak pula yang kemudian menggolongkan trail running ke dalam olahraga ekstrim. Terlebih kalau sudah bicara tentang jaraknya yang rata-rata di atas 20 kilometer. Soal jarak ini juga yang membedakan trail running, dengan cabang lari lain yang sudah lebih dulu populer dan dilombakan di Olimpiade, yakni cross-country. Yang terakhir ini jarak maksimalnya adalah 12 kilometer.

Nah, mau taugearsapa saja yang dibutuhkan kala ingin melakukan trail run? Klik di sini!

Editor : Hai

PROMOTED CONTENT

Latest