HAI-Online.com- Sudah hampir dua tahun industri musik hiburan terpuruk, pertunjukan musik live hampir vakum total dari dunia kita yang sedang tidak baik-baik saja ini.
Meski terlihat, semua pihak sedang berjuang menghadapi “perang”nya masing-masing. Industri hiburan kita yang terdampak kian hari kian menunjukan juga caranya masing-masing untuk terus berjuang bersama keluar dari tantangan ini.
Nah, sedikit mengenang indahnya kebebasan (tanpa batasan jarak dan interaksi) yang pernah dimiliki oleh kita semua sebelum pandemi menghampiri.
Orchid Forest Cikole punya cara tersendiri membantu menyemangati kita semua bahwa dahulu kita bisa disatukan melalui satu semangat yang sukses l menggabungkan alam dan pertunjukan musik dalam bentuk festival musik.
Dalam dunia yang dipenuhi dengan perubahan ini, Forestra mempersembahkan kembali keajaiban pengalaman musik ke layar di gadget kita semua melalui BicaraForestra.
"Ini adalah dokumenter yang kami garap dengan apik tentang penyelenggaraan Forestra yang diadakan di 2019 (tahun kedua digelarnya Forestra) di Orchid Forest Cikole, Bandung, Jawa Barat pada 28 September 2019," ujar Barry Akbar selaku Executive Producer Forestra & CEO Orchid Forest Cikole dalam acara peluncuran dokumenter, Selasa (10/8/2021) siang.
Lewat BicaraForestra, penonton diajak melihat lagi pertunjukan musik yang hangat dan proses yang seru dibalik pembuatannya.
“BicaraForestra adalah sebuah projek yang Orchid Forest dapat lakukan untuk para pecinta alam dan kawan-kawan musisi untukkembali bersama dan selalu menghidupkan keceriaan," katanya lagi.
"Lewat dokumenter ini, dia berharap para penonton akan bisa menumbuhkan sedikit perasaan lepas dari realita dengan mengenang keseruan perhelatan musik serta berharap akan tiba hari dimana kita sekali lagi bisa bersatu kembali di satu atmosfer festival yang sama," tambahnya.
Diambil dari kata “Forest” dan “Orchestra”, Forestra digelar untuk menggiatkan tiap generasi untuk menghormati alam kita dalam satu atmosfer yang artistik dan inovatif.
Didukung penuh oleh Wonderful Indonesia, acara Forestra 2019 dihadiri oleh lebih dari 3000 penonton dan semua orang terpikat dengan keindahan alami hutan serta ketenteraman memandang langit penuh bintang ditemani oleh rangkaian orkestra.
Sebagai gambaran, dokumenter ini bakal menunjukkan lagi keajaiban yang dimulai saat detik penonton memasuki area hutan seraya suara burung dan jangkrik mengudara, gema orkestra terdengar dari kejauhan, dan pohon pohon terasa hidup penuh warna.
Sorotan utama acara ini yaitu Erwin Gutawa dengan 45 pemain orkestranya bakal memukau penonton dengan nada harmonis yang menyatu indah dengan suara alam.
"Sekelompok musisi yang kami tampilkan hanya yang terbaik, dimulai dari komposer hingga musisi profesional; Erwin Gutawa Orchestra, Isyana Sarasvati, Maliq & D’Essentials, Once Mekel dan masih banyak lagi," beber Barry lagi.
Erwin Gutawa selaku Music Director Forestra sekaligus pengisi acara Forestra juga membocorkan pengalaman musik apa yang bakal ditamlilka dalam dokumenter yang tayang mulai hari ini.
“Sebagian besar instrumen orkestra yang bahan dasarnya dari kayu, strings, Biola, Cello, alat tiup, perkusi, jadi ada sensasi istimewa kalo kita bawa kembali bunyi-bunyian itu ke habitatnya, seperti mengembalikan rasa natural dari instrumen tersebut saat dibunyikan lagi di tempat asalnya,” ucapnya di acara yang sama.
Untuj diketahui, perhelatan Forestra dieksekusi oleh tim profesional diantara jagian event, Jay Subyakto yang didaulat mendesain keseluruhan teknis acara selaku Creative Director Forestra, bersama dengan Iwan Hutapea (Lighting Director), Inet Leimena (Show Director), Taba Sanchabakhtiar (Multimedia Director), Joni B.S. Nugroho (Stage Production Builder & Co-producing Event), Toto Arto (Technical Director), dan Alvyn (Projector Team) yang telah bekerja sama menciptakan mahakarya musikal ini.
Dari pengalaman membuat Forestra, Jay Subyakto berharap kedepannya, dia menginginkan semua taman nasional bisa dibuat selaras dengan musik sehingga banyak orang mencintai keduanya.
"Mereka mengajarkan ke masyarakat untuk melindungi dan menghormati alam, saya kira itu perlu untuk jadi suatu agenda nasional. Selalu berpikir dari diri sendiri, jangan hanya mengekor apa yang dilakukan oleh barat apalagi hanya membeli lisensi festival music dari luar," kritiknya.
Orchid Forest Cikole yang diklaim sangat peduli dengan kelangsungan hidup alam sengaja merilis film dokumenter ini pada tanggal 10 Agustus 2021 sebagai waktu yang pas untuk memamerkan keselarasan dan pengalaman musik di alam.
"Kami merilis dokumenter ini hari imi karena bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional – yang mana kami (rilis) bagi menjadi 3 episode melalui kanal YouTube kami; Orchid Forest Cikole," tutur Berry lagi.
Secara sengaja pula, pihaknya menjadi 3 tayngan dengan tiga waktu yang berbeda yaitu pada jam 10:00, 20:00, dan 21:00 malam ini.
"Karena kami ingin merepresentasikan waktu yang sama pada tanggal tersebut. Tiap episode menceritakan kita pengalaman yang berbeda satu sama lain. Episode pertama menggambarkan reaksi mereka saat pertama kali mendengar konsep membawa musik orkestra ke alam.
"Episode kedua mengajak kita untuk mendengar bagaimana desain teknis panggung megah di realisasikan.
"Episode terakhir, berisikan harapan dan mimpi untuk mewujudkan kembali perhelatan musik akbar ini dan Indonesia yang lebih baik. Waktu yang bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional pun diambil untuk mengingatkan kembali semangat anak muda akan pentingnya kesadaran akan mencintai alam yang kian hari kian kurang diminati oleh generasi muda," jelasnya. (*)