HAI-Online.com - Ada banyak kejadian pada tahun 90-an dimana saluran dialog masih terbatas. Alhasil, mereka berdemo, membawa poster dan menuntut sejumlah hal.
HAI mencatat beberapa aksi demonstrasi yang dilakukan para pelajar, tidak hanya mengangta isu sekolah di perkotaan tetapi juga di beberapa daerah.
Contohnya pada September 1994, nggak kurang lima SLTA melakukan unjuk rasa. Mereka antara lain SMAK Pirngadi, SMA Muhajidin, SMEA Negeri: 1, SMA 14, dan SMA Kawung 1 di Surabaya.
Mereka berdemo menyoalkan guru yang dianggap terlalu keras dalam mengajar. Ada, tuduhan mengenai kepsek korup, fasilitas siswa dan banyak soal lainnya.
Baca Juga: Ada yang Mendanai Demo Pelajar, KPAI Temukan Rekening Penampung Dana di Medsos
Selanjutnya, aksi pelajar SLTA asal Bandung yang menamai diri sebagai Kelompok Solidaritas Pelajar Bandung terjadi pada Februari 1993. Meski hanya 40 anggota, mereka menyambangi DPRD Tingkat I Provinsi Jawa Barat untuk meminta peninjauan ulang peredaran kupon SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) pada zaman orde baru.
Nah, yang seru adalah demo yang juga dilakukan sekitar 90-an pelajar SLTA di Jakartapada Juni 1993. Mereka mendatangi DPRD Jakarta sebagai buntut ketidakpuasan mereka pada pengemudi Metromini No.69, jurusan Blok M-Ciledug, Jakarta Selatan.
Metro mini yang diprotes itu memang sering menolak mengangkut penumpang pelajar. Bahkan bukan cuma menolak, para pengemudi tak segan-segan menurunkan penumpang pelajar di tempat seenaknya. Duh!
Pada 1 Maret 1994, pelajar SMAN 5 Tangerang memprotes surat edaran yang dikeluarkan Kepsek menyoal iuran Pra-EBTA sebesar Rp 15.000. Jumlah ini dianggap terlalu besar oleh siswa pada jaman itu, apalagi tak ada penjelasan rincian biaya tersebut. Sementara melihat di SMA lain, pungutan biaya serupa cuma Rp 2000 dan ada penjelasannya.
Demonstrasi pun terjadi, sejumlah siswa merencanakan mengadu ke DPRD Tangerang. Tahu akan adanya protes ini, sikap sekolah melunak. Siswa akhirnya diperbolehkan ikut Pra-EBTA. Meski begitu, uang Rp 15.000 harus tetap dibayar. Hanya saja, boleh dicicil. (*)