HAI-Online.com - Seringai mungkin telah sah buat disebut sebagai band yang merepresentasikan musik metal tanah air.
Rekam jejak band cadas asal Jakarta ini pun dapat ditelusuri sejak 2002 silam, tahun ketika band ini terbentuk.
Musik-musik Seringai pun bisa disebut senantiasa menggairahkan kancah musik metal di Indonesia, yang hingga kini masih identik dengan musik luar arus utama atau bahkan underground.
Tapi, buat para fans yang selalu mengenal Seringai sebagai band metal gahar, ternyata ada fase di mana band ini 'nggak selalu metal'.
Bahkan, dalam kisah yang dituangkan dalam High Octane Podcast, para personil Seringai pernah terpikir untuk mengusung nuansa post-hardcore dalam musiknya.
"Dulu kita arah musiknya maunya cobain (kayak) At The Drive-In, post-hardcore, gitu," ungkap vokalis, Arian 13.
Dan seperti umumnya band yang baru dibentuk, Seringai didapati juga pernah galau dalam menentukan warna musik yang sesuai.
Baca Juga: Dari Ozzy Osbourne Hingga Joe Taslim, Ini Deretan Seleb Yang Pernah Jadi Karakter Video Game
"Tapi bikin lagu High Octane Rock mulai lebih enak sesudah Sammy (bassist) masuk. Mungkin karena kita belum pernah bikin lagu yang modelnya kayak gitu, jadi fresh aja rasanya," timpal gitaris Ricky Siahaan.
"Tapi, setelah post-hardcore kita rasa nggak works, terus kita nge-jam.. dan nge-jam-nya pun Black Sabbath, dan di situ kita sadar, ohh ternyata ini..(yang kita cari)," ungkap drummer Edy Khemod.
Dalam episode podcast berjudul 'Kisah dari Studio' itu, para personil Seringai sesungguhnya ingin membagikan cerita klasik tentang pembuatan album pertama mereka di tahun 2004, 'High Octane Rock'.
Namun, dengan topik pembicaraan yang melebar kesana kemari dan diselingi guyonan renyah para personilnya, terungkaplah fun fact terkait arah musik awal Seringai tersebut.
Adapun sepanjang eksistensinya, Seringai telah menelurkan empat buah album, yakni High Octane Rock (2004), Serigala Militia (2007), Taring (2012), dan yang terbaru Seperti Api (2018).
Tapi, seandainya Seringai kala itu menemukan formula-nya di post-hardcore, bakal kayak gimana ya musiknya sekarang? (*)