Rekomendasi 7 Buku Musik Indonesia Yang Asik Dibaca

Sabtu, 21 April 2018 | 10:00
Alvin Bahar

Ilustrasi buku musik Indonesia.

HAI-ONLINE.COM - Rekomendasi buku musik Indonesia yang dimaksud bukan yang isinya notasi atau kunci gitar beserta lirik. Hai mau ngajak kalian untuk menikmati dan merayakan musik dari cerita-cerita yang melingkupinya. Setuju dong kalau musik itu bukan cuma soal band, lagu, merchandise¸dan festival? Musik adalah budaya.

Membaca buku-buku tentang musik ini bakal bikin kamu makin ngerasa bahwa musik nggak bisa lepas dari hidup kita. Penulis musik Taufiq Rahman juga bilang bahwa menulis musik adalah menulis tentang manusia. Buku yang Hai bahas di sini semua ditulis oleh penulis Indonesia (karena sebenernya ada buku tentang musik di Indonesia yang ditulis bule), sebagian penulis adalah jurnalis pencinta musik, sebagian adalah mereka emang menjalani profesi sebagai musisi. Tapi beberapa buku nggak akan kamu temui di toko buku Gramedia karena mereka menerbitkannya secara indie.

Kategori buku musik yang bahas di sini adalah buku kumpulan tulisan musik entah itu ulasan album, opini, atau reportase mendalam; buku biografi musisi; buku penelusuran sejarah musik; dan buku yang membahas musik sebagai hobi.

Cek: Asiknya Jadi Kolektor Kaset: Bisa Jadi Investasi, Hingga Jadi DJ

Kiram/HAI

Buku musik Indonesia

Setelah Boombox Usai Menyalak – Herry Sutresna (Ucok “Homicide”)

Buku ini 227 halaman ini berisi 27 tulisan Ucok tentang musik. Tulisan yang membukanya adalah cerita perkenalannya dengan musik berjudul “Bapa”. Tulisan yang sangat menyentuh. Ucok cerita tentang gimana sosok ayahnya sangat berpengaruh terhadap dirinya. Karena ayahnya, Ucok kenal musik. Ia sering menyetel musik di rumah dari mulai Black Sabbath, Bing Slamet, The Beatles, ABBA, hingga Koesplus. Saat SMA dulu, Ucok dan ayahnya juga sering berburu kaset bersama ke toko-toko hingga ke loakan.

“Music adalah media terbaik untuk menyimpan memori,” kutip Ucok mengingat betapa ia selalu mengenang bokapnya tiap kali mendengar Black Sabbath “Vol. 4”

Di tulisan-tulisan setelahnya, Ucok mengajak kita untuk menyelami musik—kebanyakan yang bertema protes serta eksistensi diri--dari mulai Hip Hop, punk, hingga musik post-rock dari Godspeed You! Black Emperor dengan kacamata politik, sosial, dan filsafat. Beberapa tulisan yang Hai highlight adalah “10 Lagu Protes Lokal Terbaik” dan “Making Punk A Threat Again”

Grunge Still Alive - YY Buku ini ditulis oleh personel band grunge asal Surabaya, Klepto Opera. Nama panggung penulis adalah YY (tebak, nama aslinya siapa hayo?).

Di buku ini, YY memulai cerita dari perkenalannya dengan grunge saat SMA (doi sampe cabut dari band metalnya dan bikin band grunge setelah kenal Smells Like Teen Spirit) lalu langsung masuk ke cerita tentang apa itu grunge, kelahiran grunge di Seattle yang kemudian mendunia hingga diserap Indonesia. Tahukah kamu kalau para pencinta musik grunge punya kebiasaan bertukar flanel sebagai bentuk kenang-kenangan?

Kerennya lagi, YY nggak cuma merujuk ke banyak literasi musik, tetapi juga melibatkan lebih dari 200 responden. Oke, biar kamu makin penasaran sama buku ini. Coba ecamkan pernyataan YY ini: “Nirvana = Grunge. Grunge = Nirvana?”

Salam grunge!

#GilaVinyl - Wahyu Acum

Ngoleksi vinyl itu merepotkan! Tapi, menurut Wahyu Acum yang juga dikenal sebagai pentolan Bangkutaman, justru kerepotan itulah yang membuat menikmati musik dari vinyl menjadi sempurna.

Lewat buku ini, Acum memandu kita untuk masuk ke kerepotan itu hingga kita larut dan malah menggilainya.

Pertama-tama, Acum ngajak kita untuk piknik kecil ke daerah-daerah yang banyak menjual vinyl. Terus di bab (Track) kita diajak masuk ke rumah para kolektor Vinyl dan membaca cerita hasil obrol-obrol si kolektor dengan Acum. Mereka di antaranya adalah adalah Helvi Sjarifuddin, Arian13, Soleh Solihun, Vincent Rompies, Samson Pho, Ryan “D’ Masiv” dan Andien

Membaca cerita mereka tentang vinyl pertama yang dibeli, perburuannya hingga ke luar negeri, dan melihat pajangan vinyl di rumah mereka pasti bikin kamu yang sudah mulai hobi untuk nabung lebih giat lagi demi #jajanvinyl

Nice Boys Dont Write Rock n Roll - Nuran Wibisono

Di sampul buku, kita udah dikasih tahu bahwa buku ini adalah kumpulan tulisan Nuran periode 2007-2017. Sepuluh tahun, sob! Ada 83 tulisan yang dibagi jadi 6 kategori yang kalau kamu baca satu artikel saja, berpotensi bikin kamu pengen dengerin band yang Nuran ulas dan lebih jauh lagi, kamu bisa ketularan Nuran untuk bercita-cita jadi penulis musik juga. Nuran menulisnya personal, asik, dan mendalem banget.

Tema yang dikulik Nuran banyak (tapi tetep, bahasan tentang musik favoritnya, Hair Metal adalah yang terbanyak). Dari musik Tanah Air hingga negeri lain. Kita diajak untuk mengkritik Ahmad Dhani yang sikapnya sekarang malah berlawanan dengan lirik-lirik keren yang dia bikin, membahas 10 lagu terbaik Guns n Roses, lalu kenalan dengan asal usul musik elektronik di Indonesia yang sebenernya sudah hadir di Indonesia sejak 1963 hingga kini EDM jadi salah satu genre yang disukai banyak banget anak muda; atau “minum” kopi sambil membongkar lagu dan kepribadian Iwan Fals.

Kiram/Hai

Buku Musik Indonesia

Based on True Story - Idhar Resmadi

(Ternyata) Ada banyak musisi yang ceritanya sudah dibuatkan buku biografi, misalnya Koes Plus, Fariz RM, dan yang hadir dalam bentuk komik, Naif serta Endank Soekamti. Tapi Hai memilih untuk bahas biografi Pure Saturday yang berjudul Based on True Story bikinan penulis musik kenamaan dari Bandung, Idhar Resmadi.

Alasannya bukan cuma karena album pertama Pure Saturday dibantu distribusinya oleh majalah Hai, kok, (narsis dikit), tetapi juga karena Pure Saturday itu adalah band penting di perjalanan musik independen Indonesia, dan pastinya karena buku ini asik banget berceritanya. Sang Penulis agaknya tekun mengumpulkan data dan akrab banget sama para personel band hingga bisa menyajikan cerita komplit nan emosional tentang jatuh-bangun Pure Saturday. Kita juga bisa tahu cerita-cerita di balik lagu PS, proses rekaman tiap album, hingga kisruh yang disebabkan pergantian manajer dan vokalis.

Hai berharap Idhar bisa nulis lanjutan cerita Pure Saturday karena cerita buku ini terbatas hingga band bangkit lagi bersama vokalis Satria NB. Soalnya, dua tahun setelah buku terbit, Pure Saturday ditinggal dua personel kembar, Adi dan Udi.

100 Tahun Musik Indonesia – Denny Sakrie

Sebenernya ada buku-buku lain yang ngebahas sejarah musik di Indonesia dalam perspektif luas, tapi di sini Hai memilih buku karya almarhum Denny Sakrie, salah satu pengamat musik legendaris yang kita punya. Selain nggak kalah lengkap bahasan sejarahnya, bahasa yang dipakai om Denny lebih pop!

Lewat bukunya kita akan mengetahui sejarah musik Indonesia dari saat perusahaan rekaman saudagar Tionghoa berdiri di Indonesia pada 1905 hingga teknologi digital semakin terasa bawa perubahan di industri musik pada 2005.

Om Denny ngajak kita untuk mengingat momen ketika lagu-lagu bahasa asing dilarang dibawakan, kenalan dengan Benyamin Sueb yang keunikannya mengekspresikan diri bisa menjadikan Betawi jadi budaya populer, mengakrabi Rhoma Irama dengan rockdut-nya, dan menengok kembali kebangkitan musik indie di awal 2000-an serta fenomena musik melayu yang disukai Music Biz - Wendy Putranto

Kumpulan tulisan wartawan musik kawakan yang lama bekerja di majalah Rolling Stone ini akan memandu kita masuk, menjelajah, bertualang, menjadi penghuni atau hingga menguasai rimba industri musik di negeri kita. Melalui tulisan bergayafeature-nya, Wendi Putranto memaparkan bagaimana cara menentukan nama serta imej band, cara mematenkan hak cipta atas nama band dan lagu; peran dan fungsi label rekaman, manajer artis, produser,sound engineerdanroad crew;dan. apa yang mesti dilakukan musisi jika ingin membuat big break di industri rekaman. Tentu, buku ini bukan ditulis sekadar dengan menerjemahkan buku sejenis dari luar negeri, melainkan berdasarkan riset mendalam di industri musik lokal kita. Wendi observasi dan wawancara langsung para pelaku di berbagai bidang industri musik. Ccerita pengalaman sejumlah musisi lokal seperti Arian “Seringai”, White Shoes and The Couples Company, The Brandals, Gigi, Peterpan (saat belum berubah nama menjadi NOAH), dll akan kita temukan di sini.

Itulah 7 rekomendasi buku musik Indonesia yang menurut Hai perlu dibaca. Ada yang udah punya salah satunya?

Tag

Editor : Alvin Bahar