PadaSelasa (24/1/2023), musisi pemenang Grammy berusia 28 tahun itu telah menjual hak atas setiap laguyang dirilisnya hingga akhir 2021 keHipgnosis Songs Capital, sebuah perusahaan investasi kekayaan intelektual (IP) musik.
Perusahaan yang sama juga tertarik dengan karya artis termasuk Kenny Chesney dan Justin Timberlake yang baru-baru ini menjual katalogmereka.
Baca Juga: Konser Treasure di Indonesia 2023: Informasi Lengkap Jadwal, Lokasi, Harga dan Cara Beli Tiket Ada alasan kenapa Justin Bieber melakukan penjualan katalog musiknya, selain karena isu soal banyak penundaan jadwal konsernya yang berantakan akibat Ramsey Hunt, alasan yang beredar pasti adalah ia ingin punya keputusan baru soal musik di era streaming.
"Di usianya yang baru 28 tahun, dia adalah salah satu dari segelintir artis yang menentukan (berpengaruh) di era streaming yang telah merevitalisasi seluruh industri musik," kata Merck Mercuriadis, pendiri Hipgnosis Song Management, yang mengelola perusahaan hak cipta musik.
Dikatakannya pula, keputusan Justin Bieber menjual ratusan musiknya itu menjadi akuisisi musik terbesar yang pernah ada.
Merck Mercuriadis juga mengatakan bahwa pembelian pihaknya kepada Justin Bieber memiliki keuntungan besar yang diperoleh dari kredit penulisan dan pemutaran lagu-lagu Bieber di toko, restoran juga tempat lainnya.
"Ya, akuisisi ini merupakan salah satu kesepakatan terbesar yang pernah dibuat untuk artis di bawah usia 70 tahun," katanya lagi.
Katalog musik Justin Bieber yang dijual seharga 200 juta dolar Amerika Serikat itu antara lain termasuk enam album studio miliknya yang berjudul My World 2.0, Under the Mistletoe, Believe, Purpose, Changes, dan Justice.
So, lain waktu kamu puter lagu Justin Bieber sembarangan, hati-hati keuntungan atau penagihannya bisa dilakukan pihakHipgnosislho. (*)