Dari Wall of Fades 2022 Kita Jadi Tahu, Ada 100 Ribuan Lebih Pecinta Jeans di Indonesia!

Senin, 21 November 2022 | 08:00
Doc. HAI Online

Panca Hidayat, salah satu pendiri Darahkubiru, di Wall of Fades 2022

HAI-ONLINE.COM - Berlangsung selama tiga hari, event Wall of Fades Jakarta 2022 bener-bener ngasih kita banyak pengetahuan seputar denim.

Event tahunan dari Darahkubiru itu agaknya begitu ramah untuk masyarakat awam yang jauh dari kategori “denim enthusiast”.

Pasalnya, pada acara yang digelar di Pondok Indah Mall 3, Jakarta pada 18-20 November 2022 itu bener-bener menyuguhkan begitu banyak informasi seputar denim kepada para pengunjung.

Dari anatomy denim, sejarahnya, hingga masa depan denim itu sendiri.

Baca Juga: Awam Tentang Denim? Langsung Aja Mampir ke Wall of Fades 2022. Ini Detail Acaranya!

Melihat situasi di City Hall pada pelaksanaan acara di hari pertama, terpantau bahwa lokasi Wall of Fades 2022 itu diramaikan oleh pengunjung dengan berbagai usia.

Yap, hal itu menandakan bahwa nggak cuma anak muda aja ternyata suka denim dan antusias buat kenal sama denim.

Melihat hal itu, HAI mencoba bertanya kepada Panca Hidayat selaku CEO & Co Founder dari Darahkubiru, mengenai para pecinta denim yang ada di Indonesia pada Jumat (18/11/2022)

Menelisik ke belakang, Panca mengakui kalo dirinya dulu pernah ketemu sama bapak-bapak berumur random di sebuah cafe yang baru aja seneng sama denim.

“Gue ketemu bapak-bapak dan liat denimnya bagus. Gue iseng aja nanya. Jadi beliau itu orang jepang dan kerja di sini (Indonesia). Dia cerita kalo emang suka fashion, tapi baru belakangan ini suka denim. Karena baginya denim itu dunianya menarik banget, karena cowok banget gitu. Jadi ya.. nggak anak muda doang yang bakal jadi generasi baru pecinta denim sebenernya,” jelas Panca.

Untuk pertumbuhan/regenerasi pecinta denim sendiri, Panca menjelaskan kalo sebenernya itu terjadi memang pada anak muda lho.

Di mana itu terjadi saat mereka lulus SMA.

Baca Juga: Wall of Fades Hadir 18-20 November, Bawa 50 Brand Lokal Sampai Bawa Pesan Up-Cycle!

“Lucunya di jeans, sadar nggak sadar kita selalu punya generasi baru ketika anak SMA lulus dan masuk kuliah. Kenapa? Karena ketika SMA mereka harus pake seragam. Ketika kuliah mereka bebas pake bajunya. Nah, dari situlah mereka baru ‘oke waktunya gue pake jeans! Dan biasanya ada tuh yang kecemplung, jadi explore, ngulik local brand dan lain-lain,” pungkasnya.

Nah, setelah fase itu, saat anak lulusan SMA mulai mengenal jeans, nyatanya kata Panca fokusnya nggak langsung menuju ke komunitas sih.

Saat mulai menggunakan hingga demen sama jeans, biasanya anak muda itu bakal mulai “diracunin” temen-temennya dengan produk yang recommended.

“Nah, kalo udah pada bersentuhan langsung dengan produk, biasanya bakal ngulik lebih dalem lagi, sampai pada tau kalo denim itu ada event-nya, ada forumnya, dan lain-lain,” ujar Panca.

Bicara tentang pecinta denim di Indonesia, mungkin kayaknya cukup banyak ya? Tapi ternyata kata Panca, “Kalo dibilang pecinta, mungkin nggak banyak. Tapi kalo pemakai, pasti banyak. Kalo misal nge-cek audiens Walls atau Darahkubiru, untuk pecinta lebih dari 100 ribu ada lah.”

Melihat fenomena di atas, dengan segitu besarnya minat masyarakat terhadap jeans, kayaknya patut disetujui bahwa “jeans nggak ada matinya” ya? Setuju nggak?

Karena dari penjelasan Panca sendiri jeans itu adalah sebuah fashion yang memang longlasting, dan fungsinya itu jelas. Sebagai utility. Jadi dalam artian jeans itu adalah fashion item yang pasti awet.

Tag

Editor : Al Sobry