Pagelaran Sabang Merauke, Gambaran Nilai Luhur Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia yang Majemuk

Senin, 14 November 2022 | 10:05
Dok. iForte

Para penampil Pagelaran Sabang Merauke - Premiere with Live Performance bersama jajaran tim iForte.

HAI-ONLINE.COM - Kemerdekaan bangsa Indonesia nggak lepas dari peranan rakyat Indonesia yang bersatu padu. Di zaman modern ini dituntut persatuan dan kesatuan yang erat untuk dapat melewati masa krisis, seperti ekonomi yang sedang kita rasakan.

Tetapi, apakah persatuan dan kesatuan itu dapat terwujud di tengah bahaya sektarianisme, polarisasi, dan perpecahan antarmasyarakat?

Marilah berpikir lebih jauh. Tanyakan pada diri masing-masing. Sewaktu kita masih di dalam kandungan ibu, apakah kita berhak meminta untuk mempunyai ras dan suku tertentu?

Tuhan menciptakan kita secara adil dan bijaksana. Kita dilahirkan dengan mempunyai derajat dan hak asasi yang sama tanpa membeda-bedakan ras maupun suku apapun juga. Kita sama-sama dilahirkan dengan mempunyai hidung, mata, telinga, mulut, dan akal budi.

Namun, pesimisme tentang masa depan Indonesia, memunculkan gambaran sebagai negara yang gagal, dan kita pun tercerai-berai.

Baca Juga: Pertama Digelar Untuk Umum, Tiket Pagelaran Sabang Merauke Ludes, Hasil Penjualan Akan Didonasikan

Dalam konteks ini, kita seyogianya terpanggil secara kolektif untuk merajut ikatan persatuan dalam kebinekaan. Spirit ini yang membuat kita mampu bertahan dan tumbuh kuat sebagai bangsa yang bersatu di tengah kebinekaan.

Oleh karena itu, keputusan iForte dan BCA untuk menggelar Pagelaran Sabang Merauke terbuka untuk umum, patut dipuji.

Pagelaran Sabang Merauke - yang sebelumnya hanya digelar untuk undangan saja - memiliki memiliki semangat kolektif sebagai rujukan bersama tentang pentingnya spirit persatuan.

Soalnya, acara yang digelar pada 12-13 November ini mengusung konsep live performance yang menyajikan 22 lagu yang berisikan 21 lagu daerah dan satu lagu nasional dan dirangkai secara harmonis.

Baca Juga: Ngintip Proses Latihan Pementasan Pagelaran Sabang Merauke

Pementasan melibatkan enam penyanyi nasional yakni Kikan Namara sebagai musik director sekaligus lead vocal, Mirabeth Sonia, Christine Tambunan, Taufan Purbo, Alsant Nababan dan musisi generasi muda Swain Mahisa.

Sektor musikalitas juga semakin menawan dengan kehadiran Batavia Madrigal Singers, dan 46 musisi tradisional dan modern.

Sementara itu, nuansa etnik kedaerahan akan semakin terasa berkat Kidung & team di bagian penata musik tradisional serta dukungan dari Ava Victoria & Team Orchestra.

Pagelaran Sabang Merauke juga penuh dengan tari-tarian yang merupakan ciri khas masing-masing daerah di Tanah Air. Empat penata tari tradisional dan modern kenamaan yakni Sandhidea Cahyo Narpati, Pulung Jati, Dian Bokir, dan Rizky Dafin akan memandu langsung aksi koreografi dari 144 penari profesional yang berasal dari Yogyakarta, Surabaya, Bali hingga Papua.

Di luar ruang pertunjukan juga turut diselenggarakan berbagai parade budaya seperti prosesi Palang Pintu khas budaya Betawi yang merupakan simbolisasi Jakarta sebagai tuan rumah. Lalu ada pula cultural fair, pameran lukisan hingga live painting dari seniman-seniman Indonesia.

"Menjahit" puluhan lagu daerah dengan beragam koreografi yang dilakukan oleh ratusan orang tentu nggak mudah, seperti menyatukan masyarakat Indonesia. Meski telah digelar beberapa kali, rintangan tetap muncul.

"Ini kali ketiga. Apakah tantangannya? Ya bisa dilihat hari ini. Kami nggak mau memberi yang gitu-gitu aja. Kami memasukkan beberapa elemen baru," kata Kikan Namara.

Baca Juga: Bareng BCA, iForte Kembali Gelar Pementasan ‘Pagelaran Sabang Merauke’

"Kami kehadiran Batavia Madrigal Singers, terus ada Swain Mahisa dan beberapa penyanyi baru juga. Kalau omongin musik, ini sungguh seru dan stres. Beberapa lagu daerah harus diubah aransemennya," lanjut Kikan.

Namun, Pagelaran Sabang Merauke berhasil melakukannya dengan apik; transisi antar tarian terasa natural, pilihan lagunya seperti "Rasa Sayange", "Sik Sik Sibatumanikam", atau "Ondel-ondel" jadi contoh bagaimana lirik-lirik dalam lagu tersebut punya makna tersirat bahwa kita bisa menjadi lebih baik kalo berjalan bersama.

Serta yang cukup penting: dari Sabang hingga Merauke, ada perwakilannya. Entah bentuknya tarian, atau lagu.

Mau bukti yang lebih konkret? Dua show Pagelaran Sabang Merauke yang digelar di Ciputra Artpreneur berhasil terjual ludes. Mulianya, hasil penjualan akan didonasikan.

"Kali ini kami buat untuk dibuka ke publik dan berbayar, nanti hasil penjualan tiket akan didonasikan ke seniman," ungkap CEO dan Direktur Utama iForte dan Protelindo Group, Aming Santoso.

Bila diperhatikan, Pagelaran Sabang Merauke adalah gambaran nilai luhur Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Sudah sepatutnya nilai luhur tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Pagelaran Sabang Merauke merupakan paduan apik antara musikalitas dan aksi koreografi yang akan mengaduk-aduk emosi penonton baik senang, sedih, tertawa dan bangga telah menjadi bagian dari besar dan sebegitu megahnya kekayaan Ibu Pertiwi," papar sutradara Pagelaran Sabang Merauke, Rusmedi Agus.

"Kami berharap, semua yang menonton pementasan ini bisa pulang dengan rasa bangga telah terlahir di Indonesia,” lanjutnya.

Baca Juga: Pagelaran Seni Musik & Budaya Swara Gembira oleh Guruh Sukarno Putra Meriah di Panggung Synchronize Festival 2022

Harapan Rusmedi mungkin nggak bisa langsung terlihat setelah acara selesai. Namun usaha Pagelaran Sabang Merauke untuk terus-menerus mengingatkan pentingnya persatuan di tengah keberagaman, pastinya memberikan sesuatu yang berbekas di hati para penontonnya.

Semoga tanda tersebut akan berubah menjadi spirit yang telah ditorehkan oleh para pemuda, putra dan putri Indonesia, melalui ikrar persatuan dengan mengakui bahwa ”bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Amin!

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya