Beda! Gejala Penyakit Jantung pada Laki-Laki dan Perempuan, Penanganan Cardiac Center Jadi Solusinya!

Minggu, 02 Oktober 2022 | 12:52

Penyelamatan serangan jantung

HAI-Online.com- Penyakit jantung memang sering diasosiasikan sebagai penyakitnya para kaum adam. Selain karena disebabkan buruk sepertimerokok, pola makan yang tidak sehat, kolesterol tinggi, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kegemukan, cowok juga jarang sadar untuk melatih kerja jantungnya dengan berolahraga kardio.

Meski begitu jangan salah, sebenarnya perempuan juga berisiko mengalami penyakit kardiovaskular itu.

Yang perlu diketahui bersama, seecara umum, para ahli menyebutkan gejala khas penyakit jantung yang muncul antara lain nyeri dada, rasa tertekan, atau rasa tidak nyaman di area dada selama beberapa menit.

Namun,pada penyakit jantung yang diderita laki-laki biasanya nyeri dada yang dirasakan seperti ditekan, diremas, atau sesak. Rasa nyeri ini nggak hanya muncul di dada sebelah kiri tapi bisa juga terasa di bagian tengah.

Baca Juga: Mahasiswa Ini Buat Inovasi Sosis Sehat, Cuman Pakai Dua Bahan Ini Saja!

Ada juga gejala rasa yang tidak nyaman dari dada yang bisa menjalar ke lengan, punggung, leher, atau perut atas. Tanda lainnya, sering sesak napas, keluar keringat dingin, mual dan pusing

Nah, berdasarkan data dari WHO penyakit jantung ini rupany masih menjadi salah satu penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia yakni mencapai 18,6 juta orang setiap tahunnya.

Data di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan, penyakit jantung orang kita juga menduduki peringkat tertinggi dengan membebani BPJS hingga lebih dari Rp10 triliun dan terus meningkat setiap tahunnya.

Menurut penjelasan dr. Hasril Hadis, Sp.JP(K), FIHA, serangan jantung dapat menyebabkan kematian bila tidak segera tertangani. Namun tidak semua serangan jantung selalu langsung berakibat fatal, bisa saja seseorang mengalami serangan jantung yang ringan.

"Pada kasus seperti ini pertolongan pertama harus dilakukan secara cepat dan diikuti dengan penanganan dari ahli penyakit jantung secara komprehensif. Penanganan yang akurat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan pada jantung, sehingga pasien dapat kembali pulih secara maksimal,” ujar dr. Hasril dalam seminar yang digelarh pada hari jantungsedunia, Kamis (28/9/2022) lalu di Rumah Sakit Premier Jatinegara (RSPJ) bersama dengan tim Cardiac Center.

Acara tersebut memberikan edukasi akses layanan untuk penanganan penyakit jantung yang tepat.

Baca Juga: Tembakkan Gas Air Mata di Kekalahan Arema Fc Jelas Melanggar FIFA, Menpora Berharap Sepakbola Indonesia Nggak Kena Sanksinya

Dr. Susan Ananda, selaku CEO dari RSPJ mengungkapkan bahwa salah satu layanan unggulan RSPJ adalah layanan Cardiac Center.

“Kami di RSPJ sangat bangga dengan adanya fasilitas ini terutama dengan jajaran dokter spesialis jantung yang kami miliki. Sebagai penyedia layanan kesehatan tentunya kami mengharapkan kehadiran kami juga dapat menambah akses terhadap layanan jantung di Indonesia,” jelas dr. Susan Ananda.

Fasilitas ini dilengkapi dengan fasilitas pemeriksaan jantung, monitoring system, defibrillator, ekokardiografi, Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM), holter, hingga mini echo untuk memonitor jantung pasien dengan lebih cepat.

Cardiac Ward juga diperuntukan bagi pasien pra-dan post tindakan seperti Percutaneous Coronary Intervention (PCI) yaitu prosedur intervensi non bedah.

“Di RSPJ kami juga melakukan layanan bedah jantung dengan teknik Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dan Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS),” lanjutnya.

MICS merupakan inovasi terkini dalam teknik bedah jantung, dimana metode pembedahan menggunakan sayatan kecil sehingga risiko kehilangan darah lebih sedikit dialami pasien.

Baca Juga: Tembakkan Gas Air Mata di Kekalahan Arema Fc Jelas Melanggar FIFA, Menpora Berharap Sepakbola Indonesia Nggak Kena Sanksinya

Metode ini juga diklaim dapat mengurangi ketidaknyamanan paska operasi, waktu penyembuhan lebih cepat, menurunkan risiko infeksi, serta menghilangkan kemungkinan infeksi luka dalam sternum.

Prosedur ini juga dapat menjadi pilihan bagi pasien yang memiliki risiko tinggi, seperti karena usia atau riwayat medis lainnya. (*)

Tag

Editor : Al Sobry