3 Rekomendasi Album Musik Rock Legendaris dengan Nuansa Gelap Nan Suram

Minggu, 26 Juni 2022 | 16:35
wallpapercave

Black Flag perform

HAI-ONLINE.COM - Warna musik rock yang eksplosif dan introspektif selalu menyuguhkan surga bagi orang-orang yang merasa dirinya terbuang, remaja yang penuh kegelisahan, dan tipe orang-orang yang suka banget merenung. Namun, agaknya bakal cukup berbeda di 3 karya musik ini, yang bisa dibilang "gelap".

Selama bertahun-tahun, beberapa musisi dan penulis lagu udah ngebawa kecenderungan emosi rock nan alami ke tahap ekstrem yang baru. Hasilnya adalah, rekaman yang dengan berani masuk ke kedalaman jiwa manusia, pada pendengar-pendengar yang penuh rasa pengen tau.

Nah, kali ini HAI bakal kasih lo 3 musik rock yang bisa dibilang "gelap", mengeksplorasi perasaan marah, putus asa, dan depresi, dan lainnya.

Baca Juga: Mengenal Cara Nyanyi 'Yarling' dan 3 Band Post-Grunge yang Memakainya!

Dalam arti lain, beberapa musik ini kayak film horor dan thriller dalam sebuah film. Namun, musik-musik ini nggak cuma seram melainkan, ini juga merupakan karya musik terbaik dari sejarah musik rock!

My War (Black Flag)

1984 terbukti jadi tahun yang bersejarah bagi grup punk legendaris Black Flag. Band yang terbentuk di California ini merekam nggak kurang dari tiga album (My War, Family Man, dan Slip It In) dan menampilkan lebih dari 170 show.

Album My War terbukti menjadi karya musik mereka paling berkesan. Di sini, Black Flag dikenal dengan kecepatan tanpa henti, dengan pengaruh MC5, Stooges dan Black Sabbath, serta dengan suara yang lebih lambat, lebih eksperimental, tapi sama-sama lebih "gelap".

Baca Juga: Slipknot dan Black Flag Pastikan Hammersonic Digelar pada 2023

Musik grunge ditambah ke dalam sini oleh frontmanBlack Flag, yaitu Henry Rollin yang dikutip dari Listverse doi hampir skizofrenia dan mengalami paranoid. Hal ini bisa lo lihat dari part lirik yang bikin doi teriak-teriak, 'You're one of them!'.

Suaranya yang kacau pada bagian itu terbukti berpengaruh banget dan pada dasarnya ngebuka jalan bagi skena rock grunge Seattle setelahnya.

Closer (Joy Division)

Dirilis dua bulan setelah vokalis band Ian Curtis bunuh diri, Closer adalah album lain di mana terlalu gampang untuk orang menilai sebuah kejadian di kehidupan nyata.

Menurut wawancara, sebagian besar Joy Division semangat banget waktu menggarap Closer, berbarengan dengan Ian yang menderita epilepsi dan depresi. Hal itu keliatan jelas dalam vokalnya "I’m ashamed of the things I’ve been put through/I’m ashamed of the person I am,”pada lagu Isolation

Sayangnya, bagaiamanapun temen-temennya di band waktu itu nggak sadar betapa keosnya hal itu. Kayak yang dibilang Stephen Morris dalam sebuah wawancara tahun 2018, "Sejujurnya gue pikir irik Ian bener-bener brilian, tetapi doi kayak nulis tentang orang lain," ujarnya.

In Utero (Nirvana)

Listverse

Artcover In Utero, Nirvana

Waktu Nirvana mulai ngerjain rilisan studio terakhir mereka tahun 1993, mereka menemybak bayangan besar yang membayangi mereka. Rekaman mereka sebelumnya Nevermind udah merubah dunia musik alternatif, tapi kesuksesannya terbukti bermasalah untuk sebuah band yang berakar pada DIY, dan ekstetika anti-establishment.

Kurt Cobain bahka pernah mau ngerekam omongannya yang bilang Nevermind itu "candy ass," yang mana itu karena doi benci suaranya itu mudah banget diakses dan berharap untuk bisa balik ke sesuatu yang lebih raw dengan In Utero.

Baca Juga: Ringo Starr: Kurt Cobain Itu Laki-laki Hebat, Emosional dan Pemberani!

Sementara itu perdebatan bakal selamanya berkecamuk tentang album mana yang lebih baik, ada sedikit keraguan kalo In Utero adalah sesuatu yang berbeda.

Nggak cuma karena suara yang buzzy, anti-approachable, dan chaotic, tapi juga konten liriknya. Tema tentang penyakit, tapi sementara liriknya keliatan impersonal secara aktif.

Kayak pembuka album ini 'Serve the Servants' di mana Kurt mampu menyentuh kesuksesannya, ada pada bagian “Teenage angst has paid off well, now I’m bored and old.” Lalu juga ada tentang bagaimana hubungannya dengana ayahnya, “I tried hard to have a father but instead I had a dad”. Terlepas dari peristiwa tragis yang terjadi setelahnya, album ini merupakan karya yang dalem banget dan bisa dibilanga agak disturbing.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya