HAI-ONLINE.COM – Pada Kamis (19 Mei) Hakuhodo Institute of Lige and Living ASEAN (HILL ASEAN), yang merupakan institusi dibawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang, Hakuhodo Inc, mengumumkan hasil temuan melalui Forum HILL ASEAN ke-8 yang merupakan kali ketiga diselenggarakan secara virtual.
Hasil temuan tersebut bertajuk “Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society?”.
Penelitian dengan metode survey kuantitatif dan kualitatif ini dilakukan di 6 negara ASEAN dan Jepang, yang mana menganalisa lebih dalam terkait sikap dan perilaku dari orang-orang yang tergabung dalam fandom.
Kayak yang kita tau, kalo kehadiran fandom di ASEAN sendiri udah bukan hal baru lagi, apalagi semenjak kondisi pandemi Covid-19, jumlah orang yang ikut tergabung dalam komunitas fandom dinyatakan meningkat secara signifikan.
Hal itu karena masyarakat punya lebih banyak waktu di rumah dan mencari cara yang memungkinkan untuk mengakses hal yang mereka sukai serta memenuhi afirmasi diri.
Di sisi lain, antusiasme terhadap fandom ini juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang telah mengakar di ASEAN dan sulit atau nggak bisa diselesaikan oleh masyarakat umum.
“Komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk masyarakat ideal, atau utopia. Di mana semua anggota sama sejajar, nggak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, nggak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan atau status ekonomi dan sosial. Dari kesetaraan tersebut bisa dibilang bener-bener terwujud dalam komunitas ini, sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi,” jelas Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia, sebagai pembicara utama di forum tersebut.
Devi juga jelasin, kalo HILL ASEAN sendiri menyebut fandom ini sebagai ‘MATTER-VERSE’, yaitu komunitas ideal yang merespon kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata.
Berdasarkan hasil penelitia, bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu bentuk dalam memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan/bersosialisasi dengan orang lain.
Secara aktif, mereka berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas.
Baca Juga: Kacau! Korea Utara Makin Brutal Perlakukan Warganya Yang Nonton K-Pop
Beda sama masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk senang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.
Devi menjelaskan dalam forum yang HAI ikuti, “Terdapat tiga ‘matters’ atau hal yang penting yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom, yaitu: Pertama To Matter, bikin mereka merasa keberadaan mereka di dunia ini penting. Lalu kedua To have something that matters, yang memungkinkan mereka untuk memiliki sesuatu yang berarti. Terakhir To have my hopes that matters fulfilled, yaitu memberi ruang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka anggap paling penting,” jelasnya.
Temuan riset ini jadi bukti, kalo komunitas fandom merupakan sebuah utopia dengan tatanan ekonomi dan sosial yang baru.
Fyi nih, dari hasi penelitian tersebut juga dipaparkan kalo subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi sesuai urutan adalah K-Pop, game, dan memasak.
Secara khusus, urutan subjek fandom terbanyak di Indonesia adalah memasak, game, K-Pop.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil riset ini diharapkan dapat memberikan energi baru dan positif bagi kita semua. Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar, dengan memanfaatkan karakter konsumen pada brand, menuju arah yang lebih baik,” ungkap irfan Ramli selaku CEO Hakuhodo International Indonesia.