Baca Juga: Nggak Tau Sama Sekali Soal KKN di Desa Penari? Mungkin Lo Punya IQ Tinggi
Pertama, kita cenderung menyukai tayangan yang menakutkan, baik karena penampakan setan, sosok pembunuh yang mengagetkan maupun aspek lainnya, untuk mendapatkan rangsangan 'takut' keluar.
Nah, paparan tindakan menakutkan, atau bahkan antisipasi tindakan tersebut, dapat merangsang kita — baik secara mental maupun fisik.
Responnya bisa secara negatif misalnya ketakutan dengan menjerit atau merinding atau kecemasan maupun secara positif seperti kegembiraan_ setelah tahu aman.
Menonton tayangan horor secara berkelanjutan juga membangkitkan kedua jenis rangsangan, yang jumlahnya paling tinggi pada saat momen paling menakutkan.
Biokimia di dalam tubuh kita misalnya bisa berubah saat kita mengonsumsi tayangan horor.
"Ketakutan dapat memicu pelepasan adrenalin, menghasilkan sensasi yang meningkat dan energi yang melonjak," kata Yang, dikutip dari Harvard Business Review.
Alasan lain adalah kita menonton horor untuk mendapatkan pengalaman baru maupun menjalani realitas alternatif.
Hal itu bisa berkontribusi pada rasa pencapaian diri misalnya berani mengunjungi rumah hantu yang terkenal seram atau merasa lebih duniawi.
Selain itu, film horor juga memuaskan rasa ingin tahu kita tentang sisi gelap jiwa manusia.
Sebagai contoh, agaknya mustahil bagi kita untuk mengenali sosok seperti Ibu diPengabdi Setanatau menjalani tugas kuliah di lokasi terpencil sepertiKKN di Desa Penari.
Sebagai spesies yang secara inheren ingin tahu aka KEPO banyak dari kita terpesona oleh kemampuan spesies kita sendiri.
"Mengamati alur cerita di mana aktor harus menghadapi bagian terburuk dari diri mereka sendiri berfungsi sebagai studi karakter semu tentang bagian tergelap dari kondisi manusia," jelas Yang lagi.
Apakah kamu merasakan hal yang dibeberkan Yang tadi saat menonton film-film horror? Atau kamu tipe si duduk di belakang bersama pasangan? #eh yang terakhir nggak dihitung konteks sains psikologisnya, ya! (*)