Mahasiswa ITS Bantu Penderita Gangguan Mental dengan Aplikasi MELON

Sabtu, 30 April 2022 | 17:20
Wikimedia

Ilustrasi kesehatan mental

HAI-Online.com - Meskipun sudah jadi perbincangan umum, kesehatan mental health masih menjadi stigma tersendiri bagi beberapa orang termasuk di kalangan mahasiswa.

Guna membantu para penderita gangguan mental merasa aman dan nyaman ketika membicarakan kesehatan mentalnya, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) ini membuat aplikasi layanan konsultasi kesehatan mental yang diberi nama MELON (Mental Online Assistant).

Ketua Tim, Akhmad Miftakhul Ilmi mengatakan, kesehatan mental masih menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun global.

Menurutnya, sulitnya mendeteksi penderita gangguan mental membuat masalah ini semakin sulit ditangani.

“Hal tersebut turut diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 ini,” kata mahasiswa yang kerap disapa Miftah ini, dikutip dari laman ITS, Sabtu (30/4/2022).

Miftah mengungkapkan, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, lebih dari 19 juta remaja di Indonesia mengalami gangguan mental. Walaupun angka tersebut tergolong tinggi, obrolan mengenai kesehatan mental masih dianggap tabu di Indonesia.

Baca Juga: Nih! 5 Tips Menjaga Kesehatan Mental Lo Tanpa Healing Ke Bali

“Tidak seharusnya mereka mendapat stigma yang dapat membawa dampak buruk seperti dikucilkan atau diskriminasi, justru mereka yang perlu kita dukung,” tegasnya.

Berangkat dari hal tersebut, Miftah bersama tim merancang aplikasi layanan kesehatan jiwa ini. Melalui aplikasi MELON, penderita gangguan mental dapat berkonsultasi secara daring dengan nyaman.

“Pengguna juga dapat melakukan pemeriksaan awal terhadap kesehatan jiwanya, kemudian MELON akan memberikan saran untuk meningkatkan kondisi mental mereka,” jelas Miftah.

Mahasiswa tahun ketiga ini menjelaskan, dalam membangun aplikasi MELON, digunakan metode analisis clustering untuk membentuk kelompok-kelompok yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan rekomendasi untuk pengguna sesuai dengan kondisi mentalnya.

Sistemnya membagi kelompok menjadi tiga, yakni gangguan kesehatan jiwa risiko rendah, sedang, dan berat.

Nggak cuman itu, pada aplikasi MELON terdapat fitur Let’s Get It yang berisi berbagai sub fitur yang dapat dimanfaatkan sesuai minat pengguna. Yaitu, MELON Healing yang di dalamnya terdapat berbagai video meditasi, MELON Literature yang berisi artikel terkait kesehatan mental, dan MELON Music.

“Harapannya dengan fitur ini dapat meringankan gangguan mental yang diderita pengguna,” tutur mahasiswa Departemen Statistika ini.

Fitur lainnya ada chatbot yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi secara interaktif. Pengguna dapat bercerita dengan aman mengenai kondisinya kemudian fitur chatbot akan merespon dan memberikan rekomendasi yang berbeda-beda tergantung kondisi pengguna.

Baca Juga: Nggak Mau Berat Badan Bertambah Saat Lebaran, Begini Cara Atur Makan, Tidur dan Olahraga Pasca Hari Raya!

“Selain itu, kami berencana untuk mengintegrasikan aplikasi MELON dengan psikolog serta medical center dari berbagai universitas,” ujarnya.

Anggota lainnya dari tim ini adalah empat mahasiswa yang juga berasal dari Departemen Statistika. Terdiri dari Andrea Ernest, Aulia Kharis Rakhmasari, Dede Yusuf P Kuntaritas, dan Lilik Setyaningsih.

Ke depan, tim ini berharap agar rancangan aplikasi MELON ini segera terealisasi, sehingga dapat digunakan oleh para mahasiswa yang membutuhkan. Selain itu, diharapkan mahasiswa menjadi lebih terbuka terkait kesehatan mentalnya.

Melalui inovasi berjudul MELON (Mental Online Assistant): An Artificial Intelligence Application to Assist Indonesian College Student in Reducing Mental Health Problem, Miftah dan tim berhasil meraih medali emas dalam ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEF) 2022 kategori Social Science and Technology, belum lama ini. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya