HAI-ONLINE.COM -Mengutip dari alodokter, kondisi stres adalah perubahan reaksi tubuh ketika menghadapi ancaman, tekanan, atau situasi yang baru.
Ketika menghadapi stres, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol. Kondisi ini membuat detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, serta otot menjadi tegang.
Stres bisa dirasakan semua orang dari setiap kalangan, umur, ataupun gender. Saat seseorang mengalami kondisi ini, tubuhnya akan menjadi lebih awas dan waspada terhadap tantangan atau suatu ancaman.
Dengan permasalahan stres ini, mahasiswa Institut Teknologi Bandung atau ITB membuat sebuah inovasi yang unik dengan meluncurkan alat deteksi dini sederhana gejala stres yang sampelnya diambil dari air kencing atau urine.
Mahasiswa yang tergabung dalam grup Pekan Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta ini memberikan nama ‘Depression Test’ pada alat ini.
Baca Juga: Begini Cara Lawan Stres Berat di Semester Akhir ala Mahasiswa UAD
“Jadi, kami memanfaatkan fase ini. Karena senyawa-senyawanya mengalami perubahan karakter spesifik kalau sudah dikasih sinyal. Dari sana, kami bisa mendeteksi orang yang mengikuti percobaan ini sudah sampai tahap depresi atau belum,” papar Gardin Muhammad Andika, salah satu anggota PKM Karsa Cipta, dikutip dari laman itb.ac.id.
Ide temuan ini bermula di masa pandemi dan diawali dari pengembangan tugas yang dikerjakan Maha Yudha Samawi, ketua PKM Karsa Cipta ketika ia sedang menjalani Tahap Persiapan Bersama di kampus.
Gardin juga menambahkan bahwa proses pembuatan alat ini belum mencapai titik 100 persen.
Mereka masih menemui beberapa kendala seperti pandemi covid yang belum kunjung usai yang nggak memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian di lab, perancangan alat, dan transisi waktu
Nggak tinggal diam mengatasi masalah ini, segenap tim dengan gigih tetap berjuang dan berkoordinasi menemukan solusinya di tengah kesibukan kuliah yang masih padat.
‘Depression Test’ ternyata memiliki akurasi yang mantap di angka 90 persen dengan diuji oleh kalibrasi dari tes Beck Depression Inventory yang kerap digunakan untuk pasien di Rumah Sakit Jiwa. "Jadi, orang yang memiliki masalah mental jadi lebih mudah untuk mengatasi dan menanggulanginya. Sehingga orang tersebut tidak perlu melalui berbagai hal rumit yang menghambat kesembuhannya,” pungkas Gardin. (*)