Indah, Dosen FKG Unpad yang Meneliti Kencur Jadi Obat Sariawan

Sabtu, 16 April 2022 | 14:35
Maksim

HAI-ONLINE.COM - Sariawan atau yang disebut juga stomatitis terjadi karena adanya peradangan mulut yang terasa nyeri, sehingga bisa mengganggu pengidapnya untuk makan, berbicara, bahkan tidur.

Sariawan bisa muncul di bagian mana saja di dalam mulut, termasuk pipi, gusi, lidah, bibir, dan langit-langit mulut.

Memiliki khasiat sebagai anti-radang atau mengatasi nyeri, ternyata kencur juga bisa digunakan sebagai terapi sariawan.

Berawal dari khasiat kencur sebagai anti-inflamasi, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Indah Suasani Wahyuni, Sp.PM(K) tertarik meneliti lebih lanjut khususnya di bidang penanganan masalah kesehatan mulut.

Berdasarkan pengetahuan lokal dan didukung literatur berbasis evidence-based kencur yang dapat digunakan untuk terapi sariawan, sangat sedikit yang menjelaskan mengenai khasiat kencur dalam mengobati masalah kesehatan mulut.

Hal ini yang membuat Indah melakukan penelitian disertasinya pada Program Doktor Farmasi Unpad.

Baca Juga: Duh Sariawan Jadi Gejala Baru Covid-19 Nih, Begini Kata Pakar Unpad!

Dalam riset nya, Indah meneliti tentang pengujian ekstrak etanol kencur dalam menghambat enzim Siklooksigenase (COX) pada ulserasi di mukosa mulut. Riset ini didanai penuh beasiswa Riset Disertasi Doktor Unpad (RDDU).

Riset ini pun mendapat dukungan ko-promotor dari luar negeri, yaitu Prof. Dr. Wipawee Nittayananta dari Thammasat University, Thailand.

Pengembangan kencur sebagai anti-inflamasi untuk ulserasi di mukosa mulut ini didukung dengan ketersediaan bahan bakunya yang Indah temukan di daerah pertanian Desa Buniayu, Kecamatan Cagak, Kabupaten Subang.

“Secara teoritis dan kesediaan bahan bakunya memadai, maka kencur cocok dan dapat dikembangkan sebagai obat,” kata Indah.

Langkah awal yang dilakukan Indah adalah melakukan melakukan determinasi tanaman. Pada tahap ini, Indah memastikan terlebih dahulu taksonomi dari tanaman dan rimpangnya, sehingga memiliki sertifikat determinasi yang resmi.

Selanjutnya penyiapan bahan baku berupa rimpang kencur segar untuk dilakukan ekstraksi menggunakan etanol 70 persen. Dalam hal ini, Indah menggunakan dua jenis kencur yang memiliki perbedaan musim panen. Satu kencur merupakan hasil panen di musim hujan sedangkan satu lagi merupakan hasil panen di musim kemarau.

Penggunaan dua jenis kencur ini dilakukan untuk melihat terhadap jumlah metabolit sekunder dari ekstrak etanol kencur tersebut.

Metabolit sekunder diperlukan tanaman untuk bertahan menghadapi lingkungan dan akan menentukan seberapa besar kandungan flavonoid dan metabolit sekunder lainnya pada ekstrak etanol rimpang kencur tersebut.

Melalui pengujian dua jenis kencur tersebut, Indah menemukan kencur yang dipanen di musim hujan memiliki jumlah metabolit sekunder yang lebih banyak.

Baca Juga: Sering Menahan Kentut? Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Jangka Pendek dan Panjang

Ketersediaan air yang cukup di musim hujan membuat rimpang kencur mampu bertahan hidup dengan baik, sehingga potensi untuk menghasilkan metabolit sekunder bisa lebih maksimal.

“Sementara pada saat musim kemarau tanaman/rimpang cenderung untuk berusaha menyimpan air sebanyak-banyaknya untuk mempertahankan kehidupannya, sehingga kemampuan menghasilkan metabolit sekundernya berkurang,” jelasnya.

Ekstrak etanol kencur tersebut kemudian diperiksa kandungan kimia nya secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan kandungan apakah yang nantinya berperan dalam aktivitas ekstrak ini.

Seluruh pemeriksaan kimia tersebut dilakukan di kampus Unpad. Pemeriksaan fitokimia dilakukan di Laboratorium Sentral Unpad, sedangkan studi spektrofotometri dan kromatografi dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Unpad.

Indah memaparkan, pengujian selanjutnya adalah studi in vitro di laboratorium untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kencur memiliki aktivitas menghambat enzim COX-2 atau enzim yang penting dalam proses peradangan.

Pengujian juga secara in vivo kepada hewan coba. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak ini memiliki aktivitas meredakan peradangan dan menyembuhkan sariawan pada mulut hewan, baik secara makroskopis maupun mikroskopis.

“Tahap terakhir berupa pengujian mekanisme kerja ekstrak sebagai obat sariawan, apakah dapat menghambat ekspresi protein atau enzim peradangannya,” tuturnya.

Hasil riset menunjukkan, flavonoid pada kencur berpotensi memiliki khasiat anti-inflamasi yang baik. Berdasarkan studi in silico, Ekstrak ini secara selektif mampu menghambat COX-2 dengan konsentrasi yang rendah.

Hasil ini dipandang baik, mengingat selama ini obat antiradang konvensional banyak yang tidak selektif menghambat enzim COX-2, sehingga acapkali menimbulkan efek samping berupa iritasi lambung.

Riset disertasi ini berhasil dipresentasikan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Farmasi Unpad secara hybrid, Selasa (12/4/2022) lalu, dan Indah berhasil memperoleh yudisium “Cumlaude”.

Indah mengatakan, riset ini akan terus berlanjut. Riset lanjutan yang akan dilakukan adalah melakukan pengujian toksisitas untuk memastikan keamanan obat, membuat formulasi obat yang sesuai kondisi mulut, melakukan uji klinis ke manusia, hingga pengembangan produk dan pengajuan paten.

Ia optimistis ekstrak etanol kencur potensial dikembangkan menjadi obat. Penelitian dasar yang telah dilakukan terbukti memiliki khasiat anti-inflamasi, khususnya sebagai anti-ulserasi mukosa mulut (anti-sariawan).

Baca Juga: Rilis Juli 2023, Hayley Atwell Tunjukkan Kostum Mission: Impossible 7

“Berdasarkan penelitian dasar ini konsentrasi atau dosis ekstrak kencur yang diperlukan sangat rendah, sehingga dapat diperkirakan biaya yang diperlukan untuk produksi obat juga akan efektif (cost-effective).

"Selain itu didukung oleh ketersediaan bahan baku dan mudah didapat, tidak jauh dari kota Bandung,” pungkasnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya