Penjelasan Lapan soal Fenomena Matahari Terbenam Lebih Lambat

Senin, 24 Januari 2022 | 15:05
kompas/silvita Agmasari

Sunset

HAI-Online.com – Matahari disebut bakal terbenam lebih lambat di sejumlah wilayah di Indonesia pada akhir Januari ini. Langit pukul 18.00 yang biasanya udah terlihat gelap, masih akan terasa cukup terang.

Fenomena ini akan terjadi di Indonesia dan bisa disaksikan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Tapi gimana dan dampak dari fenomena ini buat kehidupan kita, sih?

Menurut penjelasan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), mengutip laman Edukasi Sains Lapan, Bumi berotasi dan berevolusi dengan sumbunya yang memiliki kemiringan 66,6 derajat terhadap bidang edar.

Akibat kondisi sumbu yang miring itu, terjadi perbedaan waktu terbit dan terbenam Matahari yang kadang lebih cepat tetapi terkadang juga lebih lambat selama satu tahun periode.

Baca Juga: Mengenal Fenomena Ekuiluks yang Bakal Terjadi di 36 Kota di Indonesia, Apa Dampaknya?

Saat sumbu rotasi di belahan utara Bumi miring ke arah Matahari, maka Matahari akan terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat di wilayah belahan Bumi utara.

Di saat yang sama, belahan Bumi selatan jauh dari Matahari, sehingga waktu terbit akan lebih lambat, tetapi waktu terbenamnya akan lebih cepat.

Begitu juga sebaliknya saat sumbu di Bumi bagian selatan miring ke arah Matahari, maka Bumi bagian selatan yang akan mengalami Matahari terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat.

Giliran Bumi belahan utara yang mengalami Matahari terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat. Nah fase inilah yang saat ini tengah berlangsung.

Wilayah yang mengalami matahari terbenam lebih lambat Matahari terbenam lebih lambat yang akan terjadi di Indonesia kali ini bisa disaksikan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Ketiga pulau itu merupakan wilayah Indonesia yang berada di belahan Bumi selatan.

Baca Juga: Nggak Kehabisan Inovasi, Kali Ini China Berambisi Bikin Bulan Buatan!

Sementara itu soal dampak Matahari yang terbenam lebih lambat, Peneliti Pusat Sains Antariksa Lapan-BRIN Andi Pangerang menyebutkan, nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebab, fenomena ini merupakan peristiwa yang terjadi di setiap tahun.

Ia pun mengimbau masyarakat nggak perlu berpikir terlalu jauh, apalagi sampai panik. Selain sudah lazim terjadi, peristiwa terbit tenggelamnya Matahari seperti ini bisa diprediksi oleh manusia dengan ilmu pengetahuan.

"Sekitar 10 bulan lagi, sejak 13 hingga 18 November 2022 mendatang, Matahari akan terbit lebih cepat untuk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," tutur Andi. (*)

Baca Juga: Benarkah Gempa Banten Ngaruh ke Gunung Anak Krakatau? Ini Penjelasan PVMBG

Tag

Editor : Al Sobry

Sumber LAPAN