HAI-Online.com – Pemerintah Korea Utara terus memeringatkan kaum mudanya untuk nggak terpengaruh budaya dari luar, termasuk bahasa gaul Korea Selatan.
Alih-alih, warga Korea Utara diharuskan menggunakan bahasa standar mereka sendiri dalam berkomunikasi.
Salah satu bahasa gaul Korea Selatan yang sering digunakan adalah “oppa”, yang bermakna “kakak cowok”, tetapi sering sebagai panggilan untuk kekasih.
Baca Juga: Ada Anak Muda Indonesia Lho di Balik Pembuatan Vaksin AstraZeneca
Memang udah bukan rahasia lagi bahwa pengaruh asing dipandang sebagai ancaman bagi rezim komunis Korea Utara di bawah kekuasaan Kim Jong-un.
Bahkan belakangan, melansir New York Times, supreme leader menyebut K-pop sebagai "kanker ganas" yang merusak kaum muda Korea Utara.
Siapapun yang terlibat aktif dengan media dari Korea Selatan, Amerika Serikat atau Jepang sekarang akan menghadapi hukuman mati. Mereka yang tertangkap menontonnya menghadapi kamp penjara selama 15 tahun.
Baca Juga: Kim Jong-un: Ngefans K-pop Sangatlah Berbahaya, Kayak Kanker Ganas
Ada juga peringatan baru di surat kabar resmi Korea Utara, Rodong Sinmun agar nggak mengadopsi mode, gaya rambut, dan musik Korea Selatan.
Peringatan itu juga menekankan bahwa bahasa Korea berdasarkan dialek Pyongyang lebih unggul, dan bahwa kaum muda harus menggunakannya dengan benar.
Hukum Korea Utara ini adalah bagian dari undang-undang baru yang berusaha untuk membasmi segala jenis pengaruh asing, dengan hukuman yang keras. Mereka yang ditemukan melanggar hukum dapat menghadapi hukuman penjara atau bahkan eksekusi.
"Penetrasi ideologis dan budaya di bawah papan warna-warni borjuis bahkan lebih berbahaya daripada musuh yang mengambil senjata," tulis artikel itu melansir BBC pada Minggu (18/7/2021).
Baca Juga: Waduh! Kim Jong Un Larang Rakyatnya Potong Rambut Gaya Mullet
Meski demikian, pengaruh asing justru terusmasukke Korea Utara. Jaringan penyelundupan yang sangat canggih untuk membawa konten media terlarang dilaporkan terus beroperasi.
Beberapa pembelot Korea Utara bahkan mengaku bahwa menonton drama Korea Selatan memiliki peran besar dalam keputusan mereka untuk melarikan diri.
“Kim, yang dididik di Swiss, sangat menyadari bahwa K-pop atau budaya Barat dapat dengan mudah meresap ke generasi muda dan memiliki dampak negatif dan berdampak pada sistem sosialisnya," kata Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara kepada Korea Herald.
"Dia tahu bahwa aspek budaya ini dapat membebani sistem. Jadi dengan menghapusnya, Kim mencoba mencegah masalah lebih lanjut di masa depan." (*)
Baca Juga: Kim Jong Un Bakal Kasih Hukuman Bagi Warganya yang Nonton Drama Korea
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakai Bahasa Gaul Korea Selatan di Korea Utara Kini Bisa Dihukum Penjara hingga Eksekusi"