HAI-Online.com – Punya hewan peliharaan emang menyenangkan. Selain bisa ngelihat tingkahnya yang gemesin, memelihara hewanjuga bisa jadi media buat mencurahkan kasih sayang.
Baca Juga: Mirip di Film Sci-fi, Ilmuwan Ini Hidupkan Lagi Hewan yang Udah Dibekukan 30 Tahun!
Eits, tapi apa peliharaan kalian udah pasti sayang sama kalian juga?
Nah buat tau dia sayang sama kita atau nggak, tentu caranya nggak mungkin dengan menanyakan langsung, ya.
Yuk kita cari tahu bareng-bareng!
Pertama-tama, ketahui dulu bagaimana keterikatan akan rasa sayang dimaknai secara psikologis. Yakni, rasa ikatan dengan individu yang memberikan keselamatan dan keamanan.
Hal inimirip peran hubungan orang tua untuk anak balitanya: anak senang di dekat orang tuanya, kesal bila orang tuanya pergi.
Baca Juga: Ini 3 Alasan Kucing Suka Nungguin Kita di Depan Pintu Kamar Mandi
Rasa dicintai atau disayangi secara biologis muncul akibat oksitosin, yakni hormon alami yang memicu keterikatan ibu pada bayinya.
Ternyata, berdasarkan laporan di Physiology & Behavior (Vol 237 tahun 2021) juga dimiliki hewan lain, termasuk anjing. Oksitosin akan melonjak terutama saat anjing dibelai atau ditatap matanya oleh pemiliknya, tulis para peneliti.
Kucing juga demikian bisa terpengaruh oleh oksitosin, walau mereka jarang bergaul dengan manusia saat dipelihara. Hal itu ditulis dalam hasil tesis di Oregon State University tahun 2019.
Jenis eksperimen ini awalnya hanya untuk melihat keterikatan anak dengan orang tuanya, atau orang lain dalam suatu ruangan.
Tetapi uji coba tersebut nggak sama dengan hewan. Pasalnya, anjing dan kucing dengan kondisi tanpa pelatihan memiliki rentang perhatian yang lebih pendek daripada balita. Sehingga hewan peliharaan telah kehilangan minat di ruangan itu ketika ada orang lain di tempat kejadian.
Pengujian itu dijabarkan dalam dua makalah, yakni di PLoS One (2015) pada kucing, dan Applied Animal Behaviour Science (2008) pada anjing.
Baca Juga: Kisah Omon, Kucing Oren Sekarat yang Diselamatkan Stevi Item 'DeadSquad'
Karena hasilnya yang berbeda, para ilmuwan mengembangkan eksperimennya.
Pada anjing, 48 ekor diuji untuk menjelajah ruangan sendirian, dengan pemiliknya, atau bersama orang asing. Selain itu beberapa peneliti memberikan kedua ruangan berupa mainan saat pertengahan eksperimen.
Hasilnya, mereka menyimpulkan, anjing menguasai lebih banyak tempat daripada pemiliknya. Tetapi mereka jauh lebih sedikit menguasai tempat ketika bersama orang asing, dan sangat sedikit ketika ditinggal sendirian.
Dalam aktivitas, anjing pun lebih senang bermain dengan pemiliknya. Walau pemiliknya nggak bermain bersama, anjing lebih senang bermain saat si pemilik ada di sekitarnya. Dengan orang lain atau sendiri, mereka hanya bermain lebih sedikit.
Anjing yang memiliki rasa keterikatan dengan pemiliknya akan mengawasi kepulangannya. Mereka yang ditinggalkan sendiri cenderung bersikap waspada, sering menghadap pintu tempat pemiliknya pergi, atau secara aktif mencarinya.
Baca Juga: Tidak Benar Susu Murni Cap Beruang Ampuh Lawan Covid-19? Begini Kata Ahli Gizi
Terusgimana dengan kucing?
Sisanya? Meninggalkan sebagian besar eksperimen.
Eksperimen tersebut menggambarkanperilaku kucing hanya mengalami sedikit perubahan pada saat berada di ruangan bersama pemiliknya, orang asing, atau sendirian.
Kucing memberi sedikit hasil akan keterikatan rasa aman dengan pemiliknya.
Tetapi secara suara, mereka mengeong lebih banyak ketika pemiliknya meninggalkan mereka dengan orang asing, dibandingkan orang asing itu pergi meninggalkannya bersama pemiliknya.
Para peneliti menulis, mungkin kucing memiliki preferensi sosial, atau rasa keterikatan ini bisa muncul dalam kondisi tertentu.
Tapi bukan berarti kucing nggak membentuk rasa hubungan sosial atau rasa sayangnya dengan pemiliknya. (*)
Baca Juga: Ini Jadinya Kalo Binatang Bikin Cover Lagu Hysteria-nya Muse
Artikel ini telah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul "Coba Eksperimen Ini untuk Tahu Apakah Peliharaan Juga Mencintai Kita"