Riz Ahmed Serukan Perubahan, Respon Penggambaran Buruk Muslim di Hollywood

Minggu, 20 Juni 2021 | 16:02
Dok. Amazon

Riz Ahmed

HAI-Online.com - Aktor Riz Ahmedberbicara tentang penggambaran buruk mengenai Muslim di dunia layar lebar.

Baca Juga: Gara-gara Film Bronson, Tom Hardy Dilarang Kunjungi Charles Bronson di Penjara

Berbicara dengan penuh semangat di channel YouTube-nya, Ahmed berbicara tentang film-film Hollywood yang rasis dan menggambarkan pengalaman sulitnya sendiri sebagai seorang pria Muslim. Dia juga berbicara tentang pengalaman pahit menerima nominasi Oscar pertamanya tahun ini.

“Aku secara bersamaan menerima penghargaan yang sedikit meragukan itu dengan rasa syukur secara pribadi. Aku juga merasakan kesedihan yang luar biasa,” kata Ahmed.

“Bagaimana dari 1,6 miliar orang, seperempat dari populasi dunia, tidak satupun dari kita yang pernah berada di posisi ini sampai sekarang?,” ujarnya.

Ahmed secara bersamaan berbicara tentang film pemenang Oscar yang terus terang ada unsur rasis sepertiThe Hurt LockerdanArgo.

Dia mencap film tersebut merendahkan dan menjelek-jelekkan karakter Muslim.

"Sejauh ini mereka adalah pelaku atau korban kekerasan, tidak layak untuk berempati atau tidak mampu berempati,” ucapnya.

Dalam upaya untuk perubahan, aktor tersebut telah bersama-sama meluncurkan blueprint untuk Muslim Inclusion, yang akan mencakup pendanaan dan pendampingan bagi pencerita Muslim di tahap awal karir mereka.

Baca Juga: David Lynch Disebut Tidak Mengerti Alur Cerita Filmnya Sendiri, 'Mulholland Drive'

Beasiswa senilai $25.000 atau 360 juta Rupiah untuk seniman muda Muslim akan diputuskan oleh komite penasihat yang mencakup aktor Mahershala Ali dan Ramy Youssef, serta komedian Hasan Minhaj.

“Representasi Muslim di layar lebar sebagai suguhan pada kebijakan yang diberlakukan, orang-orang yang terbunuh, negara-negara yang diserang,” kata Ahmed dalam sebuah pernyataan di situs web Pillars.

Aktor ini juga mengacu pada Missing and Maligned, sebuah studi oleh Annenberg Inclusion Initiative yang menjelaskan bahwa kurang dari 10 persen film terlaris yang dirilis dari 2017-2019 dari Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Selandia Baru menampilkan setidaknya satu berbicara tentang karakter muslim.

Studi menunjukkan bahwa ketika mereka tampil, mereka ditampilkan sebagai orang luar atau mengancam hingga kaum yang tunduk. Sekitar sepertiga dari karakter Muslim adalah pelaku kekerasan.

“Datanya tidak bohong. Studi ini menunjukkan kepada kita skala masalah dalam film populer dan biayanya diukur dalam potensi yang hilang dan nyawa yang hilang,” kata Ahmed.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Pendiri Spotify Bakal Jadi Serial Netflix

Editor : Alvin Bahar

Sumber : NME.com

Baca Lainnya