Karena Hal Ini, Pelaut Terjebak di Kapal Terbuang Selama Empat Tahun

Selasa, 04 Mei 2021 | 20:51
BBC/YouTube

Mohammed Aisha, pelaut asal Suriah yang terpaksa tinggal di kapal selama empat tahun.

HAI-Online.com – Mohammed Aisha, seorang pelaut asal Suriah yang bekerja di kapal kargo Bahrain yang terdampar di lepas pantai Mesir, terpaksa harus menghabiskan empat tahun sebagai orang terbuang setelah pengadilan menetapkannya sebagai pemilik sah kapal tersebut.

Baca Juga: Peneliti Temukan Ribuan Bangunan Misterius yang Diyakini Jadi Tempat Pemujaan Ternak di Arab Saudi

Hal ini bermula ketika kapal yang dia tangani, MV Aman, ditahan di pelabuhan Adabiya Mesir, karena peralatan keselamatan dan sertifikat klasifikasinya telah kedaluwarsa pada Juli 2017 silam.

Umumnya, masalah semacam ini mudah terselesaikan, tetapi pemilik kapal di Bahrain dan kontraktor Lebanonnya mengalami kesulitan keuangan.

Karena kapten kapal Mesir itu telah pergi ke darat setelah MV Aman secara teknis ditinggalkan di laut, Mohammed, kepala perwira kapal, ditunjuk sebagai wali resminya oleh pengadilan setempat.

Saat Mohammed menandatangani dokumen tersebut, dia nggak tahu hal itu bakal membuat dirinya sendiri terisolasi selama empat tahun di kapal.

Baca Juga: Gimana Jadinya Saat 15 Orang Mengisolasi Diri di Gua Selama 40 Hari?

Mohammed baru-baru ini mengatakan kepada BBC, sebagaimana dikutip Oddity Centralbahwa dia nggak tahu apa yang dimaksud dengan menjadi wali sah MV Aman, dan baru mengetahuinya empat bulan kemudian, ketika anggota kru lainnya secara bertahap meninggalkan kapal.

Dia secara hukum diharuskan untuk tinggal dengan kapal kargo, dan pada musim panas 2019, dia sendirian di atasnya, tanpa listrik, tanpa sanitasi, dan nggak ada informasi kapan cobaan beratnya akan berakhir.

Dia menyaksikan kapal-kapal berlayar melewati, masuk dan keluar dari Terusan Suez di dekatnya, menunggu hari di mana dia akan diizinkan pulang lagi.

Pada Agustus 2018, dia mendapat kabar bahwa ibunya telah meninggal, dan pastinya memperburuk keadaan yang ia alami, yang menjadi titik terendah dari cobaan beratnya, karena dia mengaku merenungkan pemikiran untuk bunuh diri.

Pada bulan Maret 2020, kapal yang menjadi penjara Muhammad terlempar dari tempat berlabuhnya oleh badai yang kuat, menyebabkan terhanyut beberapa mil, sebelum kandas hanya beberapa ratus meter dari garis pantai Mesir.

Baca Juga: Viral, Tadinya Sepi Pengunjung, Penyelenggara Bazar Inisiatif Bikin Konser Musik di Cilandak Sampe Bikin Kerumunan

Ia yang terdampar kemudian mempertimbangkan untuk berenang ke pantai untuk mendapatkan makanan, dan mengisi daya ponselnya.

Beberapa hari yang lalu, setelah menghabiskan hampir empat tahun terdampar di laut, Mohammed Aisha akhirnya naik pesawat ke rumahnya di Suriah untuk bertemu kembali dengan keluarga dan teman-temannya. Dia menggambarkan perasaan meninggalkan kapal sebagai dibebaskan dari penjara.

Saat dihubungi oleh BBC, majikan Mohammed, Tylos Shipping and Marine Services, mengatakan bahwa mereka telah mencoba membantu pelaut selama bertahun-tahun, tetapi tangan mereka diikat, dan bahkan menyalahkan dia karena menandatangani perintah pengadilan yang menjadikannya wali sah, yang mana dia seharusnya nggak dilakukan.

"Saya nggak bisa memaksa hakim untuk mencabut perwalian hukum," kata perwakilan perusahaan. “Dan saya nggak dapat menemukan satu orang pun di planet ini—dan saya sudah mencoba—untuk menggantikannya,” ujarnya.

Di sisi lain, Federasi Pekerja Transportasi Internasional, yang menangani kasus Mohammed pada Desember 2020, mengklaim bahwa hal ini dapat dihindari jika pemilik kapal dan kontraktornya menghormati tanggung jawab dan kewajiban mereka. (*)

Baca Juga: Cewek Pengirim Sate Beracun Ditangkap, Mengaku Menyesal Salah Sasaran

Tag

Editor : Al Sobry