Begini Cara Anak Muda Eksis Menjadi Sociopreneur Sukses

Selasa, 13 April 2021 | 06:55

Begini Cara Anak Muda Eksis Menjadi Sociopreneur Sukses

HAI-Online.com - Minat anak muda terhadap sociopreneurship meningkat pesat di antara disrupsi teknologi pada era pandemi covid-19 ini.

Founder gerakan sosial "Akademi Berbagi" Nadia Hasnah Humairah mengucapsyukur atas merebaknya minat anak muda sebagai sociopreneur yang ingin terjun langsung dan berkontribusi positif bagi masyarakat di sekitarnya.

Baca Juga: Unpad Buka Pendaftaran Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Ini Syaratnya

Dia mengatakan dalam avar virtual bertajuk “Sociopreneur Discussion Series Talk” pad Senin (12/4/2021) kemarin, bahwamembangun gerakan sosial perlu membangun sistem yang benar agar relawan yang terlibat punya jiwa socialpreneur.

"Menjadi relawan itu bagus, namun yang lebih penting bagaimana membangun sistem agar memiliki jiwa socialpreneur," kata Nadia duta dari Padusi.id dalam rangkaian diskusi kemarin.

Senada dengan Nadia, Ainun Chomsun, pendiri gerakan sosial "Akademi Berbagi" dalam diskusi itu mengatakan spirit sociopreneur pada dasarnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya bangsa ini sejak dulu sudah dibangun dengan semangat gotong royong dan spirit saling membantu.

“Sekarang aja kita menyebutnya keren, relawan. Tapi sebenarnya spirit itu sudah menjadi wisdom yang diwariskan orang-orang tua kita dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Ainun mengakui, fenomena media sosial menjadi pupuk subur tumbuh dan berkembangnya sociopreneur di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Namun yang jadi memprihatinkan, dari ribuan gerakan sosial yang tumbuh di tanah air, banyak yang tidak mampu bertahan lama. Ia mengamati perkembangan tersebut sejak mulai menginisiasi gerakan “Akademi Berbagi” yang diawali melalui percakapan di twitter pada tahun 2010.

“Banyak anak muda yang peduli dan terjun langsung itu bagus. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana membangun system yang benar agar socialpreneur yang mereka rintis bisa berkembang dan berdampak signifikan. Di situlah kunci keberlangsungan sebuah greakan sosial,“ paparnya.

Baca Juga: Rapper Keturunan Indonesia, Swerte Gaet Saykoji di Single Baru 'Esso'

Indikator keberhasilan dari sebuah Gerakan sosial, menurut Ainun adalah perubahan sosial.

Untuk memperoleh hasil yang nyata, lanjutnya, para pelaku sociopreneur harus bisa memastikan siapa yang akan menjadi target dan seperti apa dampak nyata yang dihasilkan.

“Kalau ada yang nasibnya berubah, itu dampak nyata yang terlihat. Dan itu jauh lebih penting daripada popularitas dan publikasi yang memberikan ilusi seolah-olah kita sudah besar,” tambahnya lagi.

Perkara biaya operasional yang sering menjadi problem keberlangsungan sebuah gerakan social, menurut Ainun mestinya tidak menjadi masalah karena Akber pun terbentuk nyaris tanpa modal.

“Kami tidak berangkat dari biaya. Untuk tempatnya, bisa biasa pinjam fasilitas gratis milik perusahaan, café, resto, bahkan balai RW atau di pantai untuk belajar. Karena kami justru ingin mengubah paradigma masyarakat, bahwa belajar harus tersekat di institusi resmi. Bagi kami yang penting ada guru dan murid, maka semua bisa terlaksana,” ujarnya.

Ainun mengakui, mengelola relawan sebagai motor gerakan agar mampu berkembang menjadi agen perubahan bukan perkara mudah.

Baca Juga: Ramon Tungka Bareng Candi Darling Ajak Anak Muda Untuk Hijaukan Candi Dari Rumah

Bagaimana pun juga, para relawan itu tidak mendapatkan imbalan dalam aktivitas mereka. Maka, untuk mempertahankan komitmen dan konsistensi para relawan, menurut Ainun kuncinya adalah bagaimana agar mereka merasa mendapatkan manfaat dari kerelawanann mereka.

Di Akber, hal ini ditempuh dengan berbagai program pembekalan, workshop dan mentoring serta gathering

Masih kata Ainun, pendekatan kepada relawan harus benar-benar mempertimbangkan sentuhan kemanusiaan.

Menyitir wisdom Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hajar Dewantara, Ainun sependapat bahwa seorang pemimpin dalam gerakan sosial harus mampu bertindak ‘Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani’.

“Itulah Pekerjaan Rumah besar bagi setiap Gerakan sosial untuk mempertahankan eksistensinya,” pungkasnya.(*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya